Mari Bermimpi

Seberapa besar kamu percaya pada sebuah mimpi?


Mungkin, hanya sekelumit orang yang percaya kekuatan mimpi. Kadang, ada beberapa pihak yang sangsi atas mimpi yang kita punya. Menghujat, mencela, apapun bentuknya, sering mereka lakukan hanya untuk menjatuhkan mental yang sudah susah-susah kita bangun. Semakin kuat kita bertahan dengan mimpi yang kita punya, semakin giat mereka menghancurkannya. Selalu begitu, kan?

Aku termasuk orang yang percaya kekuatan sebuah mimpi. Beberapa mimpi yang pernah aku bangun, bisa terwujud dengan sendirinya. Tangan Tuhan memang membimbing segalanya sesuai jalanNya, tapi aku merasa ada kekuatan tak kasat mata yang muncul dari mimpi itu sendiri.

Selalu ada keajaiban. Mukjizat yang tak terduga, setiap kali aku nyaris lumpuh karena terlalu lelah berlari demi mimpi itu. Sesekali memang aku nyaris menyerah, tapi tangan Tuhan selalu muncul dan memberi sebuah kejutan dari arah yang tidak aku duga.

Aku ingat beberapa mimpi luar biasa selama seperempat abad ini. Memang bukan sepenuhnya mimpi yang aku punya, tapi bagaimanapun, aku menyesap manis dengan amat sangat.

Mimpi pertama, mimpi untuk diterima sebagai salah satu mahasiswa di Universitas terbesar di Jawa Timur, Universitas Airlangga. Bimbingan belajar intensif setiap hari, mulai jam 2 siang sampai jam 9 malam. Capek? Pasti! Mama sering menatap saya dengan pandangan sendu, memberi bekal roti dengan daging setiap bimbingan, asupan vitamin tanpa henti. Aku ambil pilihan IPC . Pertama, Teknik Lingkungan ITS. Kedua, Perencanaan Tata Wilayah dan Kota ITS. Ketiga, Hukum Unair.

Hari terakhir bimbingan intensif, aku berpamitan pada salah satu pemberi motivasi yang aku panggil "Daddy", karena sudah akrab. Kami berjabat tangan dan beliau bilang dengan suara tegas, "sampai ketemu di kampus B Unair."

Kampus B Unair itu tempat dimana Fakultas Hukum berada. Daddy amat yakin kami bisa bertemu di sana. Ekspresiku waktu itu, antara percaya dan tidak percaya. Merasa kata-kata beliau terlalu ekstrem.

Sekitar 1 bulan setelah tes SPMB, hasil keluar. Dan ternyata, aku diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Hukum Unair. 

Sekitar 1 tahun kemudian, Daddy kebetulan ada keperluan di kampus B. Kami akhirnya bertemu dan Daddy mengingatkan kata-katanya dulu. Sebuah kebetulan? Bukan. Ini kekuatan mimpi Daddy.

Mimpi kedua, mimpi Mama agar anak-anaknya diterima kerja di tempat yang kota yang sama dan tidak terlalu jauh dari rumah. Berulang kali Mama mengucap hal yang sama, seperti doa yang sudah diluar kepala. Hasilnya, dua anaknya sama-sama bekerja di tempat yang cukup dekat dari rumah. Lagi-lagi, kekuatan mimpi, kan?


Mimpiku sendiri?

Aku pernah bermimpi punya seorang adik laki-laki. Hidup berdua dengan anak perempuan yang seumuran karena kembar, lama-lama butuh "mainan baru". Apa daya, Mama tidak setuju karena beberapa pertimbangan. Tapi, aku tidak berhenti bermimpi.

Aku pun bermimpi punya peliharaan kucing. Iya, aku cukup suka kucing. Lagi-lagi, Mama menolak. Tapi tetap, aku tidak berhenti bermimpi.

Yang terjadi selanjutnya, sekitar Mei 2002, seekor anak kucing jatuh dari atap rumah. Karena nafasnya yang nyaris putus, Mama memutuskan langsung kasih susu ke anak kucing itu, pelan-pelan, pakai pipet. Seiring berjalannya waktu, aku baru tahu kalau itu kucing jantan. Sekarang, kucing itu masih ada, cukup tua dengan umur 11 tahun, penuh kasih sayang layaknya dia adalah anak ketiga Mama.

Memang agak ekstrim, tapi bagiku, lewat kucing itu, mimpi untuk punya adik laki-laki dan seekor kucing akhirnya terwujud.

Mimpi juga muncul tepat setelah putus sekitar akhir tahun 2008. Sakit, marah, sedih, kecewa, dendam ke mantan, numpuk jadi satu. Aku mengalihkan semua perasaan itu dengan tenggelam di tumpukan data untuk pengerjaan skripsi. Target dibuat, aku harus lulus tepat waktu, 4 tahun kuliah. Tidur malam, antre dosen pembimbing, terjun langsung ke lapangan untuk tambahan data. Mimpiku cuma satu, harus lulus lebih dulu daripada mantan! Biar dia tahu kalau aku tidak jatuh hanya karena putus sama dia. Ada aroma balas dendam juga, sih, tapi bukankah itu balas dendam yang positif?

Juli 2009, aku ujian skripsi dan akhirnya dinyatakan lulus dengan nilai AB. Setelah itu, aku tinggal membereskan beberapa berkas untuk yudisium dan akhirnya wisuda di tanggal 17 Oktober 2009. Dan soal mantan? Dia akhirnya angkat topi dan mengucap selamat, juga salut atas kelulusanku, karena kuliahnya belum selesai. Balas dendam, mimpi lulus kuliah 4 tahun, sama-sama terwujud.

See? Banyak tangan-tangan tak kasat mata yang mewujudkan mimpi apapun yang aku punya. Waktunya memang tidak selalu singkat, kadang juga butuh waktu. Bagaimanapun, kekuatan mimpi itu besar. Iya, doa juga diperlukan, tapi mimpi itu membuat kita berusaha semaksimal mungkin, bahkan melakukan hal-hal yang kesannya tidak mungkin kita lakukan.

Baru saja, aku ketemu Daddy, menghabiskan waktu makan siang bersama. Beliau mengingatkan salah satu mimpi besar yang aku punya dan belum terwujud. Mimpiku, Daddy jadi saksi di pernikahanku, suatu hari nanti. InsyaAllah. Doakan anakmu, ya, Dad.

Bermimpilah! Terbang setinggi mungkin dengan mimpimu. Jangan takut jatuh, selama mimpi masih kamu dekap erat lewat segala usaha. Mungkin sesekali kamu bisa terjatuh, tapi jangan pernah lelah merengkuh mimpimu, lagi dan lagi. Kebahagiaan tidak akan pernah pergi kemana-mana. Jika mimpimu memang sudah waktunya terkabul, tangan-tanganNya pasti akan meluluskan segalanya.


30.01.2013

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer