Lupa Ingatan
Dito. Laki-laki itu akhirnya memutuskan pergi dari kehidupanku sepuluh hari yang lalu. Dia minta putus dengan alasan klasik, sudah tidak ada kecocokan. Dalil demi dalil dia sebut satu per satu. Hah, dasar cowok! Dia pikir aku tidak tahu, kalau dia ada main dengan Alena, sahabatku, tiga bulan terakhir ini. Alih-alih mendengarnya, aku memilih segera mengemasi barang bawaanku dan meninggalkannya di meja cafe, tempat kami biasa bertemu. Melihat aku berkemas, dia heran.
"Mau kemana? Aku belum selesai ngomong."
"Pulang, capek dengerin kamu. Minta putus? Oke, fine! Bye!"
Ekspresi wajah melongo berhasil aku tangkap sesaat sebelum meninggalkannya. Ekspresi yang masih aku ingat sampai detik ini.
***
Aku menghela nafas panjang. Putus setelah tiga tahun pacaran itu berat. Jangan kira aku tidak sedih. Setidaknya, ada 1.095 hari yang aku isi dengan tawa, canda, juga tatapannya. Bayangannya masih rajin berkelebat, sekaligus menyelinap lewat mimpi. Hati akhirnya mengirim sinyal ke otak, aku harus segera cari cara membuang bayangannya jauh-jauh.
Esoknya, hari kesebelas setelah dia pergi, aku akhirnya selesai mengumpulkan buku kuliahnya yang pernah aku pinjam. Menyingkirkan barang-barangnya termasuk cara ampuh menghilangkan bayangan mantan. Catat!
Pukul sebelas, aku tiba di rumah kontrakannya. Kebetulan, dia sedang sendirian karena katanya, adiknya sedang kuliah. Dia sempat heran dengan kedatanganku, mengingat aku terlihat marah ketika dia minta putus. Demi menghapus keheranannya, aku segera menyerahkan satu tas yang penuh berisi buku dan sebuah kotak makan berisi puding cokelat, kudapan favoritnya.
"Anggap aja ini makanan perpisahan." ujarku.
Dito menerima kotak makan dengan ragu. Tapi setelah mengucap terimakasih, dia mulai memakan puding itu, sendok demi sendok. Aku senang melihatnya lahap. Puding cokelat buatanku jadi salah satu puding terenak versi lidahnya. Tiba-tiba, entah di suapan ke berapa, tiba-tiba dia terbatuk. Aku berinisiatif memberinya minum air putih, karena mengira dia tersedak. Dugaanku salah! Ada busa keluar dari mulutnya.
"Iii...nii...pudd..ddiing..app..pp..aa?" tanya Dito sambil tersengal.
Aku tersenyum. "Ini puding cokelat favoritmu, tapi sudah aku campur sama potasium. Kamu suka?"
"Kkkaa...mmuuu...ttee...gga," ujarnya dengan mata melotot. Nafasnya makin tersengal, lalu akhirnya hilang sama sekali.
Aku tertawa sejenak. Ah, lega rasanya!
Dito...Dito, kalau kamu belum mati, mana bisa bayanganmu pergi dari pikiranku?
_____
Kapan bayangan kamu bisa pergi
Suara kamu bisa hilang, biarkan aku hidup tenang
(Kotak - Lupa Ingatan)
30.01.2013
sangar rek.. good post!
BalasHapushehehe, makasih :)
BalasHapusaih...makin piawai dlm membuat cerita nh tante :-D
BalasHapusaakkk...ma'acih calon keponakan :3
BalasHapuskenapa tidak mencoba membuat novel aja mbak, hehehe :)
BalasHapusagak agak ngeri ya diujung ceritanya.kenapa ga pake senyum nyeringai gitu..tambah horor..hahahaha :D
BalasHapus@Agung Ak: In Shaa Allah, ya... hehehe, pengen sih bisa buat novel :)
BalasHapus@Saidah: hahaha, ini niatannya mau buat agak psycho, Teh. jadi ga ada senyum seringai, cuma ketawa, biar kesannya lebih "dingin" :D
kalo racun meracuni itu, enak pake sianida. Soalnya bau almond dan warna mayatnya jadi semacam pinky gitu x))
BalasHapus#psychonyakeluar
chil, saranmu tak terima, buat ide cerita yang lain x))
BalasHapus