Berhenti di Kamu!

Ini surat cinta dari salah satu penghuni setiamu selama seperempat abad.

Aku tidak menganggapmu kota paling sempurna di Indonesia (karena kesempurnaan hanya milik Allah, hehehe), tapi aku akui, kamu adalah kota yang cukup baik.

Lewat warganya yang menyenangkan lewat cara bicara juga parikannya.

Hijaunya karena makin banyak taman kota.

Walikotanya yang (kabarnya) termasuk walikota terbaik.

Panasnya yang menggigit kulit tanpa henti.

Kulinernya yang tak pernah habis (sate kelopo Ondomohen, rujak cingur Jolotundo, tahu campur Kalasan, bebek Palupi, ... *mendadak lapar*)


Dear,

Kamu tidak perlu mimpi jadi kota megapolitan, ya. Cukup jadi kota yang bersih dan hijau. Setidaknya itu mimpi Ibu Tri Rismaharini, kan? Ibumu, ibuku juga, ibunya seluruh warga Surabaya.

Terimakasih untuk segalanya. Untuk hal baik, juga hal buruk sekalipun. Semoga macetmu tidak semacet ibukota. Banjirnya juga jangan terlalu parah dan cepat surut.

Maaf, andai aku belum bisa berbuat banyak untukmu. Bagaimanapun, aku selalu berusaha jadi wargamu yang baik.

Surabaya, hatiku berhenti di kamu!


Nang Pasar Pabean ketemu Mas Heri tuku iwak kuthuk
Hei Suroboyo, i love you just the way you are, cuk!*


29.01.2013

*Ke Pasar Pabean ketemu Mas Heri beli ikan gabus
Hei Surabaya, aku cinta kamu apa adanya, cuk!

Komentar

Postingan Populer