[Review Buku] Reborn: Karena Setiap Orang Membutuhkan Kawan Bicara
Judul:
Reborn: Karena Setiap Orang Membutuhkan Kawan Bicara
Penulis:
Harninda Syahfitri dan Ifnur Hikmah
Cetakan:
I, Maret 2015
Penerbit:
Grasindo
ISBN:
978-602-251-900-3
Awalnya,
saya mengaku tidak ada ekspektasi yang berlebihan saat membeli dan bahkan saat
akan membaca buku ini. Tidak ada sinopsis sama sekali, pun info tentangnya.
Hanya dengan sampul buku yang menurut saya lucu, satu sisi busana pengantin
wanita dan sisi lainnya tuksedo yang biasa dipakai oleh pengantin pria, membuat
saya berpikir kalau buku ini mungkin berisi dua cerita yang berbeda tapi berkaitan
dengan pernikahan atau hal-hal yang berhubungan dengan itu.
Dengan
pemikiran seperti itu, saya memutuskan untuk membaca sisi busana pengantin
wanita terlebih dahulu. Ladies first.
Adalah
Gati. Seorang perempuan muda yang hidup di Jakarta di lantai dua kedai roti
yang merupakan usahanya sendiri, yang sering merasa diabaikan oleh kedua orang
tuanya karena kesibukan, dan baru saja menerima kenyataan kalau sahabat
terbaiknya meninggal dunia. Sahabat yang memberinya sebuah amanat sebelum
meninggal, yaitu meminta Gati untuk menemui designer favoritnya yang tinggal di
Italia dan berharap dibuatkan sketsa busana pengantin.
Gati
yang merasa bersalah karena tidak terlalu memerhatikan sahabatnya ketika sakit,
berusaha menebusnya dengan berangkat ke Italia. Sendirian, walaupun dia
memiliki fobia bepergian sendirian. Dia akhirnya sampai ke Italia walaupun dalam
keadaan batin yang panik karena fobia.
Ternyata
menemui designer yang dimaksud sahabatnya itu tidak mudah. Beberapa kendala bahkan
membuatnya diusir oleh manajer dari butik milik sang designer. Sendiri, di negara
yang belum pernah dia kenal sebelumnya dan tak ada seorang pun yang dia kenal, panik
karena terancam pulang ke Indonesia dengan tangan kosong, dan sebal akibat
diusir, membuatnya mengumpat saking kesalnya.
Umpatan
yang akhirnya membuatnya bertemu dengan Luca, laki-laki Italia yang pandai
berbahasa Indonesia karena sudah lima tahun tinggal di Indonesia. Mereka akhirnya
belajar untuk saling mengakrabkan diri, dan saling bercerita tentang kondisi
yang sedang mereka alami saat itu, semata-mata karena setiap orang membutuhkan
kawan bicara, sekalipun itu orang asing.
Belum
selesai dengan urusannya, Gati malah dihadapkan keadaan kalau Luca ternyata
memiliki masalah yang tidak kalah rumitnya. Di saat Gati ingin berdamai dengan
masa lalu, Luca justru malah masih berperang dan kesulitan, bahkan merasa
bingung kenapa harus berdamai dengan masa lalunya. Setelah mereka berbincang
banyak, Luca yang lebih mengenal Italia, memutuskan untuk membantu Gati menemui
designer itu walaupun entah bagaimana caranya, sambil berharap dengan Gati di
sampingnya dia akan lebih mudah berdamai dengan masa lalunya.
Selesai
dengan sisi busana pengantin wanita, saya membalik buku untuk membaca sisi
tuksedo dan bersiap dengan cerita baru. Ternyata saya salah. Sisi tuksedo ini
adalah cerita dari sudut pandang Luca.
Dibuka
langsung pada konflik batin Luca dengan permasalahan yang membuatnya marah dan
enggan berdamai dengan masa lalunya. Sebuah masalah keluarga yang membuatnya
hengkang dari negara asalnya, dan hijrah ke Jakarta. Telah terjadi sesuatu pada papa, orang yang sering
menyakitinya ketika kecil. Adalah mama Luca, yang akhirnya berhasil
membujuknya untuk pulang ke Italia, memaafkan segala permasalahan yang ada
termasuk kesalahan papa, dan mencoba untuk memulai segalanya dari awal.
Luca
akhirnya pulang ke Italia, tapi bukan berarti dia bisa dengan mudah segera
pulang ke rumah. Batinnya yang masih tidak terima karena rasa sakit yang ditimbulkan
papa, membuatnya mengambil keputusan untuk berkeliling terlebih dahulu di Milan
sambil bernostalgia. Sebuah keputusan yang pada akhirnya membuatnya bertemu
dengan Gati. Sosok kedua setelah mama, yang semakin membuatnya berkeras untuk
menjadi pemaaf dan menerima segalanya yang sudah lama terjadi.
Ketika
membaca bagian dari cerita Luca, saya mendapati lebih banyak kejutan yang buat
saya merasa terharu. Banyak kejadian yang membuat saya semakin berpikir kalau
tidak semua hal itu terjadi seperti apa yang kita pikirkan, bahkan yang kita
duga. Termasuk sebuah kenyataan kalau manusia itu bisa berubah, sekalipun
mereka sulit untuk menunjukkannya, karena kita sudah dengan kasarnya memberi
label abadi tentang kejelekan yang pernah mereka lakukan.
Tapi
di bagian Gati, saya menemukan banyak hal-hal manis yang mau tak mau membuat
saya tersenyum. Tentang pentingnya menjaga amanat, memaafkan diri sendiri dan
masa lalu, juga betapa perlunya menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang
masih membutuhkan kita.
Beberapa
hal baik secara tersirat tertulis di buku ini. Tapi ada dua buah kalimat yang
cukup saya suka, dan saya tandai.
Jika dia tidak sempat meminta maaf, kamu bisa memaafkannya lebih dulu. – halaman 50 (sisi Luca)
What’s in the past is already in the past. – halaman 85 (sisi Gati)
Dengan
ceritanya yang cukup ringan, tapi didukung dengan konflik yang kuat, terutama
konflik batin, buku ini bisa saya selesaikan dalam satu hari. Tentang alur,
sisi Gati lebih banyak alur mundurnya dibandingkan sisi Luca.
Atas
cerita serta konflik yang menarik serta beberapa hal baik yang dituliskan di
sini, sampul yang lucu, juga akhir cerita yang manis sekaligus lah-kok-gitu, buat
saya buku ini pantas untuk diganjar empat dari lima bintang.
Sekian.
12.04.2015
Komentar
Posting Komentar