[Review Buku] Spellbound: Kembalikan Hidupku



Judul: Spellbound: Kembalikan Hidupku
Penulis: Riesna Kurnia
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: iv + 168 halaman
ISBN: 978-602-1383-52-0


Blurb:

Teman dan sahabat, satu per satu meninggalkan Bitha. Bahkan, adik dan ibunya tidak mau lagi tinggal bersamanya. Bitha ketakutan, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sejak peristiwa maut itu, ada saja yang membuat orang-orang terdekatnya celaka. Apa ini kutukan?

Lalu, ia bertemu Jati, pesulap tampan yang menawarinya bekerja sebagai asisten. Bersama Jati dan kru pertunjukan, Bitha mulai menemukan harapan hidup baru. Namun, perasaan takutnya tidak berkurang. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk terhadap jati, lelaki yang pelan-pelan telah mencuri hatinya.


Alur Cerita:

Semua berawal dari pertemuan Jati, seorang pesulap jalanan, dengan Bitha, di sebuah lokasi terkenal di Surabaya. Bitha yang pendiam dan terlihat murung, saat itu ada di kerumunan penonton yang sedang melihat atraksi sulap Jati. Aksi demi aksi sudah dilakukan oleh Jati, tapi hanya Bitha seorang yang menjadi penonton tanpa ekspresi. Sikap yang akhirnya membuat Jati penasaran dan membuatnya mengikuti langkah Bitha selepas pertunjukkan sulap selesai.

Pertemuan dan perkenalan itu akhirnya menjadikan Bitha sebagai asisten sulapnya Jati. Karir Jati sebagai pesulap meroket, lewat ide Magic Horror Show. Seperti kebanyakan sulap pada umumnya, pertunjukkan Jati juga tak luput dari trik-trik yang mengelabui penonton, dan itu hasil ide dari Bitha.

Bitha yang penyendiri, selalu menolak ajakan Jati untuk makan-makan selepas acara sulap dengan berbagai alasan. Bitha selalu ingin cepat-cepat pulang ke rumah, dan tidur di tenda yang dia letakkan di ruang tengah rumahnya. Tempat yang membuatnya selalu merasa aman dan nyaman dari gangguan-gangguan yang sering dia alami, yang tidak bisa dilihat atau dialami oleh banyak orang. Yap, Bitha seorang cenayang, dan itu alasan terbesar yang membuatnya menjadi seorang penyendiri.

Berbagai pengalaman dengan dunia gaib, yang akibat dari sebuah kejadian di masa mudanya, datang silih berganti di kehidupan Bitha. Akhirnya Jati pun mengetahuinya, karena juga sempat "diganggu". Hal yang akhirnya membuat Jati semakin mengenal Bitha, dan lambat laun, kedekatan mereka membuat Bitha jatuh cinta.

Namanya jatuh cinta, pasti berjuta rasa dan ceritanya. Sama persis kayak cerita Bitha dan Jati. Cerita mereka nggak mulus-mulus banget. Selain Jati yang sebenarnya sudah punya pacar, di sisi lain, ada sosok dari masa lalu Bitha yang selalu membayangi siapa aja yang dekat sama Bitha, termasuk Jati sekalipun. Sosok itu sama sekali nggak rela kalau Bitha tidak lagi jadi penyendiri dan akhirnya punya orang terdekat.


Review:

Awal baca buku ini, sebenarnya sama sekali tanpa ekspektasi dan nggak ada gambaran soal buku ini. Baik genre, alur, bahkan ceritanya. Alasan utama saya baca buku ini, ya, karena "di bawah paksaan" penulisnya. Haha! Ternyata setelah baca, saya dibuat terkaget-kaget sama kejutan yang muncul tanpa henti. Kejutan itu datang dari pengalaman cenayang yang dimiliki Bitha. Keputusan buat baca buku ini pas malam hari, ternyata keputusan yang salah.

Tadinya saya sempat senyum-senyum sendiri membaca berbagai trik sulap yang aduhai, walaupun saya bukan pencinta sulap. Pengambilan setting lokasi di Surabaya dan ada beberapa obrolan dengan dialek Suroboyoan, membuat imajinasi saya lancar. Merasa familiar sama beberapa nama tempat yang disebut.

Saya cukup sering mendengar cerita orang cenayang seperti Bitha, tapi terus terang belum pernah bertemu yang akhirnya bisa menjadi amat sangat penyendiri seperti Bitha. Kebanyakan yang saya tahu, orang-orang semacam Bitha itu justru sering ditemui banyak orang. Alasannya, ya, karena masyarakat kita yang cukup akrab sama dunia klenik.

Cerita Bitha, walau cuma fiksi, membuat mindset saya berubah. Bisa saja di luar sana, ada banyak orang yang sebenarnya ketakutan dengan kemampuan cenayang yang mereka miliki. Macam Janet Hodgson di film The Conjuring 2.

Ada sedikit hal yang bikin saya agak bingung. Soal lokasi keberadaan Ibu dan adik Bitha, Talitha. Iya, Bitha ini betul-betul penyendiri dan hidup sendiri. Di awal, diceritakan waktu sang Ibu menelpon buat kasih ucapan selamat ulang tahun ke Bitha, Ibunya sedang di Banyuwangi, tepatnya daerah Kalibendo. Tapi pas dibaca lanjut, waktu Bitha lagi ngobrol sama Jati, Bitha bilang kalau keluarganya ada di Asan, Korea Selatan. Nggak cukup mengganggu, sih, tapi seenggaknya sempat buat saya bingung. Jadi akhirnya saya anggap aja, mungkin keluarganya Bitha itu tinggal di Asan, tapi kebetulan pas lagi telepon kasih ucapan ulang tahun, itu pas mudik ke Banyuwangi. (iyain aja, hehehe.)

Buat kalian yang tertarik soal dunia sulap dan dunia cenayang sekaligus, atau salah satu di antaranya, saya rekomendasikan buku ini. Tutur bahasa dan penulisannya cukup ringan, jadi bikin lancar aja bacanya. Saking lancarnya, saya sampai nggak terlalu perhatian sama kalimat yang quotable. Di bagian ucapan terima kasih, saya menemukan kalau cerita ini hasil adaptasi dari sebuah film. Nah, selanjutnya mungkin saya bakal cari dan coba nonton film itu.

Tapi, satu saran dari saya. Kalau tidak punya nyali yang cukup, sebaiknya jangan baca buku ini pas malam hari. Udah, itu aja.

Terakhir, untuk rating buku ini, 4 dari 5 bintang!


05.12.2016

Komentar

  1. Kenapa nih? Tentang membaca dimalam hari? Ada horornya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer