Sebuah Permohonan

Kepada kamu yang melihatku (nyaris) setiap hari,


Halo, bagaimana kabarmu?

Aku berharap, keadaanmu sama baiknya seperti apa yang terlihat di mataku. Sehat walafiat dan tidak kurang suatu apapun. Karena kalau kondisimu sedang tidak baik, rasanya aku tidak mungkin bisa melihatmu (nyaris) setiap hari. Begitu pun sebaliknya. Benar, kan?

Jadi begini... jujur, aku selalu kebingungan untuk membuka obrolan denganmu. Bukan karena aku tidak punya nyali, tapi karena kamu selalu menjauh lebih dulu, tanpa memberiku waktu untuk sekadar menyapamu dan memberi tahu bahwa aku ada di sini untukmu. Mengamatimu, bahkan ingin melindungimu dari bahaya. Sayangnya, kamu tidak pernah (mau) tahu. Iya, kamu selalu begitu.

Ngomong-ngomong... setujukah kamu, kalau setiap hal itu selalu diciptakan karena sebab dan tujuan tertentu? Yang aku tahu, kita sama-sama makhluk ciptaan yang dibentuk, demi bisa berguna bagi makhluk ciptaan yang lainnya. Sebenarnya kedudukan kita sama, tapi sayangnya, perbuatanmu yang tidak acuh membuatku hanya terlihat seperti wujud tanpa arti. Dan sejujurnya, itu membuatku sedih. Kamu pernah tahu bagaimana sakitnya diabaikan, kan?

Ah, kepada kamu, pengendara kendaraan bermotor yang kerap melanggar aturan dan melihatku (nyaris) setiap hari, bolehkah aku mengucap satu permohonan?

Aku ingin, esok hari setelah kamu membaca suratku, kamu berkenan untuk berhenti setiap kali melihatku dan menuruti apa mauku. (Setidaknya) menghargai jika aku pernah ada. Jika aku diciptakan untuk menjaga kamu dari bahaya. Cukup itu.

Semoga kamu berkenan mengabulkan permohonanku. Terimakasih.


Salam,
Papan rambu "BELOK KIRI MENGIKUTI RAMBU".


01.02.2014

Komentar

  1. Ahahahahaaaaa, maaf yah aku jarang lirik-lirik kamu. Ketutupan pohon, spanduk, baliho sik. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kah? Apa sebaiknya aku ditulis di papan yang ukurannya lebih besar ya? :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer