(Mungkin) Aku Meracau
Abang,
Tepat ketika aku membuat surat ini, aku
sedang sedih sekali. Entah kenapa, aku ingin sekali bercerita dan entah kenapa
pula, nama Abang yang aku ingat untuk cerita ini.
Begini. Ini tentang Kelud.
Abang tentu tahu kalau gunung itu baru saja
meletus, dan ada hujan abu sampai ke Surabaya. Suasana di depan rumah senyap,
Bang. Misal ada orang yang melintas pun, mereka rapat dengan masker dan jaket. Beberapa
pejalan kaki juga memakai payung. Aku sempat menengadahkan ke atas, abu
beterbangan ke segala arah. Belum lagi kalau ada kendaraan bermotor yang
melintas dengan kecepatan tinggi, abu semakin liar menari di udara.
Udara sesak dengan abu, begitu juga
pikiranku.
Abang,
Gara-gara abu berkeliaran di teras dan
halaman rumah, aku terpaksa melarang si Belang untuk keluar sementara waktu.
Dia memang tidak pernah pergi jauh dari rumah, hanya jalan-jalan di halaman
saja. Tapi bahaya abu vulkanik tidak memandang wilayah, kan? Abang tentu tahu
seberapa sayangnya aku pada Belang.
Abang,
Ketakutanku pada Belang, mengarah ke sebuah
pemikiran baru. Apa kabar kucing-kucing yang ada di lokasi bencana, Bang? Dimana
mereka? Tidakkah abu vulkanik juga berbahaya buat mereka? Aku bukannya tidak
memikirkan hal yang lebih penting (membantu manusia, misalnya), tapi adakah
yang berpikir hal yang sama sepertiku, Bang? Para donatur dan relawan sibuk
mengurus dan memikirkan para korban manusia, tapi adakah yang memikirkan nasib
kucing-kucing di sana, Bang?
Kucing-kucing itu juga makhkluk hidup,
binatang kesayangan Rasulullah. Salahkah aku dengan menuangkan binatang lucu
itu ke dalam pikiranku, Bang? Kucing itu termasuk makhluk hidup , dan kita
selalu diajarkan untuk mengasihi sesama makhluk hidup, kan? Tapi sudahkah kita
mengamalkan ajarannya? Kalau kita enggan, tidakkah kita akan terlihat sebagai
makhluk egois di mata binatang itu? Bang, aku percaya kalau binatang itu punya
hati. Apa pun nama binatangnya.
Abang,
Aku akan sedih sekali kalau ada yang
menganggap pemikiranku adalah sesuatu yang sia-sia, tidak masuk akal, dan tidak
berguna. Sungguh. Abang tentu ingat seberapa sukanya aku pada hewan itu. Iya,
aku pun masih ingat bagaimana peringatan dan ketakutanmu perihal bulu halus
mereka yang bisa saja masuk ke saluran pernapasanku. Aku akan tetap
mengingatnya.
Abang,
Doakan semua baik-baik saja, ya. Aku tahu,
keadaanku masih jauh lebih baik dibanding korban di lokasi bencana, dan aku
bersyukur untuk itu. Terima kasih karena sudah mendengarkan (membaca, lebih
tepatnya) aku meracau.
Surabaya - Banda Aceh
Surabaya - Banda Aceh
15.02.2014
Pasti, semuanya akan baik-baik saja. Keep safe yah Onty. #PrayForKelud.
BalasHapusPssstt, siapa tuh Abang yang di Banda Aceh?
keep save for you too, Va. #PrayForKelud
BalasHapusPssstt, enaknya Abang yang ada di Banda Aceh itu siapa, ya?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus