Saksi Kunci
Aku belum bisa mengerti dengan orang yang
mengira aku seorang pembunuh hanya karena tulisan tentang pembunuhan yang aku
buat. Aku belum juga tahu, di mana korelasi antara apa yang ada di imajinasiku
dengan apa yang sebenarnya aku jalani di kehidupanku sehari-hari. Aku bukannya
tidak ingin menulis tentang hal yang manis, happy
ending, atau apapun yang berakhir baik. Tapi bukankah hidup tidak melulu bersanding
dengan kata baik?
Sempat kukatakan padanya, jangan menilai
seseorang dari tulisannya. Faktanya, otak yang kita punya itu dibagi menjadi dua
belahan, kanan dan kiri, dengan fungsi yang berbeda. Otak kiri sebagai pusat hal
yang berhubungan dengan logika. Sedangkan otak kanan sebagai tempat di mana segala
bentuk kegiatan kreatif bermuara. Kalau aku sering menulis dengan ide yang tidak
biasa, anggap saja aku sedang melatih otak kananku untuk bekerja lebih maksimal.
Tapi pada akhirnya, penilaian setiap orang
itu memang berbeda-beda. Aku tidak perlu memaksanya mengikuti tarian ide yang terlalu liar di dalam kepalaku. Karena melihat liukan tariannya pun, dia tidak mungkin bisa.
Tapi yang masih membuatku penasaran, tidakkah neuron-neuron di otak kanannya bisa
mati kalau dia jarang memakainya untuk hal-hal kreatif lain daripada yang lain?
Aku tersenyum. Kepala naga di gagang belati jadi
saksi kunci keberhasilanku membuka tempurung kepala, demi bisa melihat otaknya. Sekarang
tinggal membandingkan bagaimana bentuknya dengan milikku. Rasa penasaranku tidak
boleh diabaikan begitu saja.
04.02.2014
Suka.
BalasHapusPembukanya agak memberi bocoran, sih, tapi masih tertolong dengan puntiran yang tak biasa.
Terharu. Dikasih komen Kak Dan, makasih :')
Hapusparagraf awal memberi gambaran perihal pekerjaan Aku, yaitu penulis cerita (kriminal) yang mampu menyajikan rangkaian cerita secara gamblang nyaris senyata aslinya. paragraf kedua membahas fungsi otak sehubungan dengan pekerjaan Aku. paragraf ketiga mengungkap keheranan Aku atas pikiran seseorang yang mempertanyakan identitas asli Aku. paragraf keempat memberi kejutan kalau sebenarnya Aku MEMANG seorang pembunuh.
BalasHapusCerita ini terlalu singkat dan berkesan terburu-buru, Vanda. Buatku tambahan 2-3 dialog akan melenturkan kisah dan menambah 'rasa asik'. Salam :)
KEREN!
BalasHapusAku sukaaaa ♡♥
BalasHapus@Bang Riga: masukannya apik, buat tulisan berikutnya aja ya, hehehe :p
BalasHapus@Eva: *smooch!*
@Noichil: senang sekaliii..., kalo kamu suka :*
Nicely written :D
BalasHapusSuka...
*kekepin kepala*
@RedCarra: *terharu* makasih, Kak :')
BalasHapus