Sahabat yang Baik

Mataku enggan beralih dari wanita cantik di hadapanku. Dia sedang semangat bercerita tentang laki-laki pujaan hatinya yang baru. Aku sudah menghabiskan cangkir cappuccino kedua, dan ceritanya masih juga melulu tentang itu. Bosan. Tidak adakah obrolan lain yang bisa diobrolkan selain masalah menjatuhkan cinta?

"Eh, semalem aku whatsapp-an sama dia, dan kamu tau... Sabtu malam besok, dia ngajak aku kencan!" pekiknya kegirangan.

"Oh, ya? Eh, bagus dong. Dandan yang cantik! Sini... biar aku yang dandanin kamu. Jelek-jelek gini, aku pernah kursus rias wajah, lho."

Dia mengangguk antusias, lalu memelukku erat. Aku pun memeluknya, sambil mengacak pelan rambutnya.

***

Sakit.

Siapa yang tidak sakit kalau pujaan hatimu ditikung sahabatmu? Memang salahku juga, tidak besar nyali untuk bercerita pada orang lain.

Ah, ruangan ini gerah. Sebaiknya aku mengikat rambutku, sebelum melanjutkan pekerjaanku. Pekerjaan membelah dada dan mengambil jantung kakak tiriku. Laki-laki yang kami cintai.



Selesai! Tinggal kuiris tipis, lalu digoreng, dan kujadikan kudapan untuk sahabatku, sambil nanti merias wajahnya.




Aku, sahabat yang baik, kan?


****

12.02.2014

Komentar

  1. aku pernah membahas ini: benarkah kita bisa merebut seseorang dari orang lain?

    BalasHapus
  2. Kamuu sahabat yang baik sekali eerrr :|.

    Onty Vanda keknya lagi kesemsem ama Hannibal yak? Atau lagi kursus memasak? :D

    BalasHapus
  3. Dear...

    @Ika: aku sudah menjawabnya, kan? tidak sepenuhnya bisa :)

    @Eva: kalo tulisan ini, soalnya lagi ikut #FF161Kata punya @bookaholicfund, dan genrenya harus thriller. gitu. :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer