Misi Rahasia

Ribut. Semua berpencar kesana-kemari. Mereka saling berlarian menyelamatkan diri masing-masing. Muka panik terlihat dimana-mana. Setiap orang berusaha menyelamatkan dirinya.

Lapangan riuh. Api mulai menjalar dengan cepat. Musim sedang kemarau dan angin seakan bersahabat untuk semakin mengobarkan api di beberapa titik. Teriakan minta tolong, rintihan sakit, erangan karena terinjak, terdengar dimana-mana.

Kerusuhan selalu sepaket dengan penjarahan. Itu sudah hal yang lumrah. Kumpulan manusia yang saling mengambil barang yang bukan miliknya. Entah itu untuk dirinya sendiri atau nanti dijual kembali dengan harga mencekik.

Layar televisi di depanku menayangkan semuanya. Reporter televisi mengabarkan segalanya dengan baik. Menguarkan kepanikan sekaligus ketakutan di seantero kota.

“Atas kerusuhan ini, Pangkopkamtib Sudomo menyatakan ini merupakan bagian dari rencana yang disiapkan oleh kelompok ekstrim. Tujuannya, selain berniat menggagalkan kampanye Golkar  di Lapangan Banteng, juga demoralisasi Golkar dan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia.”[1]

Telepon kantorku berdering nyaring. Aku tidak perlu menebak siapa yang menelpon.


“Kerja baik. Semuanya sesuai rencana. Kembali ke markas.”


Aku tersenyum. Kenaikan jabatanku sudah jelas di depan mata.

------
19.02.2014
*161 kata, tidak termasuk catatan kaki
*Ide diambil dari peristiwa Lapangan Banteng, 18 Maret 1982.



[1] http://dekade80.blogspot.com/2009/04/peristiwa-lapangan-banteng-kerusuhan-di.html

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer