Kejutan Dini Hari

Kepada Masya, si Nona Manis...

Sukakah kau dengan sebuah kejutan? Apa pun itu bentuknya. Sesuatu yang berhasil membuat hatimu penuh dengan sukacita, wajah ramai dengan senyum atau tawa bahagia, apakah kau menyukainya, Nona?

Aku selalu menyukai kejutan. Sudah tentu kejutan yang manis. Yang membuat sisa harimu memeluk kata baik, bukan kejutan yang menggiringmu pada rasa pilu nan sedih. Kejutan membuatku merasa disayangi, pun diperhatikan. Tidakkah itu indah, Nona? Ada seseorang yang berniat dengan sepenuh hati, memberikanmu sebuah kejutan, demi sebaris senyuman di bibirmu.

Kapan kali terakhir kau mendapat sebuah kejutan? Kemarin, minggu lalu, bulan lalu? Kapan? Oh, saat ini aku hanya ingin mendengarkan cerita yang manis. Tentu saja aku egois, kau pasti tahu itu. Keegoisanku bermuara pada satu harap, ingin kau selalu mendekap bahagia erat-erat. Aku egois dengan tidak ingin melihatmu sedih atau ada air mata jatuh di pipimu. Tidak, aku tidak setega itu. Semoga kau bisa memahami keegoisanku.

Bolehkah aku bercerita sesuatu kepadamu? (aku harap kau menganggukkan kepalamu). Dini hari tadi, sebuah kejutan mampir di hidupku dan itu sungguh membuatku bahagia. Ah, semoga ini bukan surat yang terlalu, karena justru sengaja menceritakan hal yang melulu tentang aku. Tapi entahlah, kau yang aku tuju untuk berbagi cerita ini.

Masih ingat obrolan kita tentang lelaki di seberang pulau itu, Nona? Dia akhirnya datang ke kotaku tanpa memberi kabar sebelumnya! Oke, dia memang pernah berucap akan datang, tapi tidak tanggalnya. Dan dini hari tadi, ketika aku menelponnya untuk memberi sebuah ucapan selamat ulang tahun, dengan nada yang tenang dia berucap terima kasih dan malah bertanya apakah aku mau menemuinya? Menemui dia yang kini hanya berjarak sekitar 15 KM dari tempatku berada.

Ah, Nona… aku memekik girang dini hari tadi. Bukan aku yang memberinya sebuah kejutan untuk ulang tahunnya, tapi justru sebaliknya. Buatku, itu kejutan yang manis. Dan Nona, ah… betapa aku berharap kau ada di sini, tepat di sampingku. Untuk apa katamu? Tentu saja agar aku bisa segera memelukmu dan berbagi kebahagiaan denganmu. Maukah kamu berbagi pelukan denganku?

Well, saat ini aku cukup bahagia (tentu saja juga karena ada kau di dalamnya). Aku pun berharap kau bisa memetik kebahagiaan pula. Bukan saja esok, tapi hari ini, atau bahkan detik ini juga. Tak usah terlalu pelik mencari di mana letak kebahagiaan itu sendiri. Karena sesuatu yang sederhana, terkadang juga bisa membuat kebahagiaan yang tidak kalah indah.

Memelukmu erat,

-V-

26.02.2014

Komentar

Postingan Populer