Sebuah Penantian

Di depan pintu, Kai masih setia menunggu. Setiap hari, tanpa sekalipun alpa. Ini sudah menjadi kebiasaannya selepas bangun tidur siang. Sambil duduk di kursi kayu mungil dengan cat warna biru yang aku buat khusus untuknya dan memeluk boneka berbentuk gajah, dia menghitung detik demi detik yang menguap dengan sia-sia, hanya untuk satu tujuan.

“Mama kira-kira kapan pulang, ya, Pa?”

Pertanyaan yang sama. Dan caraku menjawab pun, juga tidak pernah berubah. Hanya diam sambil sesekali membusai rambut ikalnya dengan sayang.

“Nanti kalau Mama pulang, Kai janji mau peluk yang lama.”

Air mataku mendadak jatuh tanpa permisi. Kai masih terlalu kecil untuk mengerti.

Mama kini sudah di surga, mana mungkin bisa pulang lagi?


21.11.2012

111Kata
Theme : pintu

Komentar

Postingan Populer