Cinta Di Kolam Pancing
"Sayang, nikah yuk!", sahutnya sambil menatapku dengan pandangan jahil.
Eh? Aku buru-buru mengarahkan pandangan padanya. "Kok tiba-tiba? Ajakan macam apa ini? Ini sebuah lamaran? Di tengah kolam pemancingan ikan? Hahaha, laki-laki aneh!", pikirku dalam hati.
"Kamu mau jadi istriku kah? Jadi ibu dari anak-anakku?", ulangnya.
Tuh kan, ini lamaran! Di tempat dan cara yang tidak biasa. Yah, dia memang bukan laki-laki biasa, karena ide-ide juga pola pikirnya yang selalu out of the box, aku sudah tahu pasti soal itu. Pacaran selama 3 tahun sudah membuatku tahu segala sesuatu tentang dia. Tapi ajakan nikah di tengah kolam pancing? Oh come on dear, can you be more romatic than this? Ask me on a candle light dinner, maybe?.
"Kamu serius?", tanyaku hati-hati, "kenapa tiba-tiba? Pas kita lagi mancing pula".
"Iya, aku serius. Kenapa sekarang, ya karena aku pengen sekarang, gitu aja sih", jawabnya nyengir, "eh sayang, pancing punyamu gerak tuh, ikannya kena! Buruan ditarik..."
Aku segera meraih pancingku. Syukurlah, ada ikan yang berbaik hati memakan umpanku, demi mengalihkan obrolan tanpa arah ini. Dengan cepat aku menggulung senar, berharap tangkapanku tidak keburu lepas.
Dengan mudah, aku berhasil memindahkan ikan ke jaring, lalu berniat memasang umpan lagi. Sampai akhirnya, aku menemukan sebuah cincin yang menyembul di dalam plastik berisi umpan. Aku mengambilnya, lalu dengan heran , "Sayang, ini..."
Dia tersenyum. "Coba lihat ke seberang deh, sayang". Telunjuknya mengarah ke satu sisi, jauh di seberang kami. Aku mengalihkan pandangan ke arah yang dia tunjuk. Tepat di sana, beberapa orang mengangkat sebuah papan berwarna putih, dengan huruf-huruf berwarna hitam, membentuk tulisan
Eh? Aku buru-buru mengarahkan pandangan padanya. "Kok tiba-tiba? Ajakan macam apa ini? Ini sebuah lamaran? Di tengah kolam pemancingan ikan? Hahaha, laki-laki aneh!", pikirku dalam hati.
"Kamu mau jadi istriku kah? Jadi ibu dari anak-anakku?", ulangnya.
Tuh kan, ini lamaran! Di tempat dan cara yang tidak biasa. Yah, dia memang bukan laki-laki biasa, karena ide-ide juga pola pikirnya yang selalu out of the box, aku sudah tahu pasti soal itu. Pacaran selama 3 tahun sudah membuatku tahu segala sesuatu tentang dia. Tapi ajakan nikah di tengah kolam pancing? Oh come on dear, can you be more romatic than this? Ask me on a candle light dinner, maybe?.
"Kamu serius?", tanyaku hati-hati, "kenapa tiba-tiba? Pas kita lagi mancing pula".
"Iya, aku serius. Kenapa sekarang, ya karena aku pengen sekarang, gitu aja sih", jawabnya nyengir, "eh sayang, pancing punyamu gerak tuh, ikannya kena! Buruan ditarik..."
Aku segera meraih pancingku. Syukurlah, ada ikan yang berbaik hati memakan umpanku, demi mengalihkan obrolan tanpa arah ini. Dengan cepat aku menggulung senar, berharap tangkapanku tidak keburu lepas.
Dengan mudah, aku berhasil memindahkan ikan ke jaring, lalu berniat memasang umpan lagi. Sampai akhirnya, aku menemukan sebuah cincin yang menyembul di dalam plastik berisi umpan. Aku mengambilnya, lalu dengan heran , "Sayang, ini..."
Dia tersenyum. "Coba lihat ke seberang deh, sayang". Telunjuknya mengarah ke satu sisi, jauh di seberang kami. Aku mengalihkan pandangan ke arah yang dia tunjuk. Tepat di sana, beberapa orang mengangkat sebuah papan berwarna putih, dengan huruf-huruf berwarna hitam, membentuk tulisan
WILL YOU MARRY ME ?
Aku memekik tanpa suara. Surprise ini lebih dari sekedar candle light dinner! Lalu dengan lembut, dia mengambil alih cincin dari genggamanku, berlutut di depanku dan berkata dalam nada pelan,
"Dear, I can't give you everything because I have nothing. But I promise you all of my heart, I'll give it to you until the end of the world. Will you marry me? Will you be my wife and my children's mother?"
Mataku mengerjap. Sekali. Dua kali. Tapi air mata memang sulit diajak kompromi. Selalu datang dan bergulir tanpa permisi. Aku kesulitan bicara. Dia masih bertahan berlutut di hadapanku, mengedipkan matanya dengan manja seperti anak kecil.
"Kalau kamu tolak, aku mau terjun ke kolam aja, terus mati dimakan ikan bandeng".
Aku tertawa lepas. Setelah tenang, aku berusaha menjawab sambil menggenggam tangannya, "Bandeng mana mau makan kamu, sayang? Lagi pula, kalau misal mereka mau makan kamu, aku batal nikah sama kamu dong?".
Bola matanya melebar, pupilnya membesar. "Kamu mau jadi istriku? Kamu terima lamaranku?"
"Yes, I do. Aku mau sayang, amat sangat mau", jawabku sambil tersenyum.
Mendadak dia berdiri, memeluk dan mencium keningku sekilas, lalu secepat kilat berlari ke arah pemilik kolam yang sedari tadi memperhatikan kami berdua, sambil berteriak "Pak, aku entuk calon bojo nang kolam pancingmu! Matur nuwun yo, Pak*!"
Dan dengarlah sayangku
Aku mohon kau menikah denganku
Ya hiduplah denganku
Berbagi kisah hidup berdua
- E N D -
08.11.2012
Note:
* Pak, aku dapat calon istri di kolam pancingmu. Terima kasih ya, Pak!
hahaha lucuuu, maniiiis.
BalasHapusemang kadang lamaran di dunia nyata itu nggak seheboh di novel sama film kok :p #sekaliancurhat
makasiiihh :)
BalasHapus