#FF100Kata: Rahasia
Taman hiburan penuh satwa yang sudah
diawetkan, dengan kutukan di dalamnya.
Tidak boleh diberi lampu yang terlalu
terang. Konon, lampu terang membuat para satwa gelisah dan tidak mampu berpose
sedemikian rupa, seperti ketika mereka diawetkan.
Tidak boleh buka lebih dari delapan jam.
Kabarnya, lebih dari itu, para satwa bisa kelelahan dan hidup, lalu mengganggu
pengunjung yang ada.
Tidak boleh membawa makanan dan minuman.
Desas-desusnya, aromanya bisa menggunggah liur para satwa, lepas kendali, akhirnya
merebut makanan itu dari pengunjung.
Aku tersenyum. Para pengunjung mau saja
menerima mentah-mentah kutukan yang sengaja kusebar.
Kalau tidak, bagaimana mungkin pengunjung mau
menaati peraturan tanpa protes?
_____
16.09.2014
Tema: Taman Hiburan.
Ide diambil dari “pertanyaan”, kenapa
Museum Satwa lampunya redup? Kenapa nggak boleh bawa makanan dan minuman? Ya,
begitulah… Absurd.
Jadi, satwanya ini pengunjungnya?
BalasHapusbukan, Am. pengunjungnya ya manusia, tapi kalo manusianya langgar peraturan, bisa bikin kutukan dari pada satwa itu bekerja.
BalasHapusbingung, ya?
Aku ngerti, tapi agak merasa kalau konfliknya ini menggantung...
BalasHapusCoba kalau dibuat ada korban langsung, atau fakta kalau 'aku' ini ternyata psikopat.
Eh, jadi, beneran gara-gara ini ya lampu meseum remang-remang? :| *muka polos*
niatnya emang nggak buat kalo "aku" itu psikopat, dia malah pembuat peraturan di museum, trus biar pengunjungnya taat, dia buat kutukan kayak gitu. you know lah, people nowadays... lebih takut kalo ditakut-takuti, dibanding sama peraturan itu sendiri.
BalasHapushaelah, ini orang... ya nggak gitu juga keleeeeuuusss... itu kan analisa suka-sukanya aku ajaaa :)))
Hai Vanda ini aku Ajen...
BalasHapusAku suka awalnya dan berpikir pasti ini thriler pas baca endingnya eh ternyata si aku ini iseng tah..
Bagus sih cuma yah pengennya ada pertumpahan darah di sini...
*halah
ide awalnya mau dibuat satwanya jadi pada hidup, tapi kesannya jadi kayak "Night at the Museum" banget, akhirnya dijadiin kayak gini, hehehe
Hapus