Tanpa Judul

Jujur, aku hilang arah untuk memulai cerita dari sisi mana. Terlalu banyak cerita yang aku dengar. Terlalu banyak curahan hati yang aku terima. Setiap lapisan otak serasa menyimpan detail cerita yang saling berbeda. Tapi sebenarnya, satu sama lain saling berkesinambungan. Saling mengikat sampai akhirnya menjadi satu kesatuan sebab-akibat. Saling menimbulkan luka perih yang makin tertanam di dasar relung hati. Namun egoisme di hati yang lain, seakan enggan untuk mengurangi bahan logistik atas apa yang harus aku dengar.

Ikrarku adalah menghindar. Menjauh. Tidak ingin terlibat apalagi melibatkan diri. Menolak ikut campur terlebih diikutcampurkan. Aku ingin duniaku sendiri. Dengan ceritaku sendiri. Dengan kisah yang aku karang dan rangkai sendiri dengan sepenuh hati. Bukan hal yang besar jika aku harus sendiri. Bukan pula hal yang perlu aku pusingkan jika aku harus hidup terasing...



Kukira, nanti aku pasti cukup mampu menggoreskan cerita dengan warna yang sama sekali baru. Di halaman kertas kosong yang baru. Bersama orang baru. Tidak apa jika berawal dengan warna kelabu. Asal nantinya, ada banyak warna yang menjadi kreasiku.



"Aku yang ga bisa tanpa kamu..."


Lagi, ungkapan ini menjeratku serasa ada di dalam Perang Baratayudha, di hatiku sendiri. Memeras rasa ibaku sampai hanya tersisa ampasnya. Lembut tapi meluluhlantakkan pertahanan hati. Penuh kasih tapi menghempaskanku dalam dilemma tanpa ujung. Mengikis ego untuk sekedar menghindar darinya, sedikit demi sedikit hingga tandas tanpa sisa. Dan akhirnya membuatku memilih untuk bertahan dengan rasa perih di hati, berusaha bebal dengan seluruh cerita duka yang dia punya.

Rasa sayang ini membelenggu tapi serasa jadi candu.
Kasih ini menyiksa tapi membawa sebuket rasa bahagia




Diam
Jauh darimu
Menangisi jarak serta dilemma yang membelenggu...





Komentar

Postingan Populer