Rapuh

     Rasanya baru beberapa hari lalu, ketika aku sadar tentang siapa aku sebenarnya. Eksistensi macam apa yang akhirnya membentuk raga yang mengungkung kehidupan yang aku jalani. Waktu itu, aku memang merasa bagai akar yang tercerabut dengan paksa. Merasa akan mati seketika itu juga. Tapi beruntungnya aku, karena banyak kasih, budi pekerti dan pengertian yang tercurah, hingga akhirnya seakan mampu memberikan aku hidup untuk kedua kali.
     Dan sekarang, aku kembali merenung. Betapa aku, atau mungkin kita...sama sekali tidak pernah tahu, eksistensi hidup macam apa yang kini sedang kita jalani. Apa kita akan tetap tersenyum ketika menyambut pagi dengan matahari yang hangat? Apa justru akan sedih meratapi malam tanpa bintang? Semua serba absurd. Ritme kehidupan ini sungguh amat sulit ditebak bagaimana cerita akhirnya.
     Apakah kita akan tetap mengulas sebuah senyuman manis, ketika esok datang dan sadar bahwa orang yang  amat kita sayang, ternyata bukan seseorang yang berarti dalam hidup? Apakah kita akan tetap bertahan dalam kepalsuan ketika mengetahui bahwa harapan yang kita bangun tahap demi tahap, ternyata justru membawa luka  perih?
     Hidup ini begitu penuh kejutan atau bahkan rahasia terpendam. Hidup ini semu, tidak abadi. Bahkan terkadang rapuh. Kita tidak bisa memilih dalam hidup yang mana kita bisa tinggal. Pun, tidak mampu sekedar memohon untuk mendapat akhir cerita kehidupan yang indah, yang sesuai dengan sinopsis atau alur yang kita idamkan. Kita bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana dan dimana hidup kita akan berakhir...


Diam. Menerawang jauh. Berharap bisa menangis.

Komentar

Postingan Populer