I Hate Monday? Think Again!

Kata-kata "I hate Monday", aku buang jauh-jauh hari ini. Kenapa? Karena banyak warna hari ini dan segalanya dimulai sejak pertama ruhku dikembalikan Allah dari tidur semalam. Oke, ini ceritanya...

Belang, kucing gendut dengan corak hitam putih yang imut menggemaskan, adalah sosok pertama yang aku temui hari ini. Seperti biasa, dia memohon sarapannya datang lebih dulu dibanding pemiliknya. Bukan hal baru (catat!).

Selanjutnya, beberapa kegiatan rumah, seperti biasa juga jadi rutinitas pagi untuk dikerjakan, sambil menemani si kucing manis jalan-jalan di kebun depan rumah sambil menikmati pagi dengan caranya. Segalanya hening, hingga akhirnya muncul suara yang tidak diharapkan. Yak, suara kucing tengkar, yang akhirnya buat bulu-bulu si Belang berdiri karena ketakutan. Harap maklum, kucing rumahan. Segala kucing dianggap musuh berbahaya yang bisa merebut daerah teritorialnya. Sebelum terlambat, Belang segera dievakuasi, masuk ke dalam rumah lagi. Catatan di sini, musuh bisa muncul dari mana saja. Waspadalah...waspadalah!

Sampai kantor, tepat waktu ambil air minum di pantry, ada semacam office boy yang sudah cukup tua, yang mengeluh dalam kondisi tidak punya uang demi membayar biaya daftar ulang sekolah anaknya. Jumlahnya, mungkin bagi kalian yang membaca tulisan ini, cukup sedikit. Cuma Rp 105.000,-. Seratus lima ribu Rupiah.  Sedikit? Bagi dia, itu jumlah yang banyak! Lewat ceritanya, jangankan uang sejumlah itu, uang Rp 5000,- buat biaya transportasi pun, kantong kosong glondangan (ala Koes Plus!). See? Aku sungguh beruntung! Catatan di sini, bersyukur sesering mungkin! Atas rejeki Allah sekecil apapun itu. Ingat, masih banyak orang yang lebih kekurangan.

Jam istirahat, sempat ngobrol bareng salah satu satpam kantor. Aku memang pernah tahu orangnya, tapi berhubung terlalu banyak satpam, tolong dimaklumi kalau aku sulit menghafal namanya satu per satu. Jadi, dia namanya Pak Jani. Tinggal di jalan Indrapura, sudah berkeluarga, punya anak 2 orang. Selesai "mewawancarai" dia, balik dia yang wawancara aku. Pertanyaan pertama, aku tinggal di mana. Selesai aku jawab, dia bilang "Dekat, ya, mbak. Jalan kaki gitu sekitar 15 menit." Glek! Eh, 15 menit? Mana mungkin, sedangkan aku kalau naik motor, dari rumah-kantor sekitar 20 menit? Dia dong, balas jawab, "20 menit itu naik motornya kayak gimana, mbak?" Heeeee....mana mungkin aku nyetir kayak orang kesurupan? Astaga... (tepok jidat!)

Pertanyaan selanjutnya, sudah berkeluarga atau belum. Pas aku jawab belum, dia heran, "masa belum, mbak? Saya pikir mbak sudah berkeluarga, malah saya kira anaknya sudah 2." WHAT!!?? Masa aku setua itu? Dia sih enak ketawa-ketawa karena salah tebak, lah aku? Meratap sambil menghadap ke tembok! Huhuhu...

"Mbak asli Surabaya?" jadi pertanyaan terakhir. Aku jawab, iya. Dia meyakinkan diri, "asli beneran?" (satpamnya kepo, ih! hahaha). Kejujuran harus diungkap. "Ya, lahirnya di Surabaya sih, tapi orang tua bukan dari Surabaya. Mama dari Madura, Papa dari Jawa. Solo, lebih tepatnya". Dan, jeng...jeng..., si satpam pun menjawab, "Oh, Solo, pantes aja, mbak. Mukanya kelihatan kalem kayak orang Solo."

BUAHAHAHAHAHAHAHA.......ngakak lah, ekspresi yang aku kasih ke satpam itu! Iya lah, gile aja, muka berangasan kayak preman gini, dibilang kalem? Oh my, ini aku harus terharu atau senang, sih? Hihihihi, konyol banget! Jawabanku cuma, "Wah, ini baru pertama kali ada orang yang bilang kayak gitu. Hahahaha, makasih ya, pak." Catatan di sini, don't judge the book by its cover! Yang kamu lihat, belum tentu kenyataannya. (Eh, ini kok jadi menohok aku sendiri, yak? halaahhh...)


Jadi, itu cerita hari ini. Masih mau bilang "I hate Monday" dengan cerita warna-warni kayak gitu? Think again! Ini keren gilakkk!!! *senyum lebar*


17.12.2012

Komentar

Postingan Populer