Absurd
Pada hari yang dini. Aku merapal rindu di hati. Biar itu lekang di sanubari. Demi dirimu, sang pujaan hati.
Masa lalu. Mengenang dengan raut muka kelabu. Apa peduliku. Masih ada kamu. Setia memelukku.
Biar yang lain pergi. Tak perlu risau di hati. Linimasa pasti berganti. Tapi tidak bagimu lagi. Kamu, biar tetap abadi. Enggan aku ganti.
Diam-diam takut. Menengok esok dengan kalut. Gejolak hati penuh kemelut. Padahal, ada kamu, memelukku dalam selimut.
Beringsut dalam tangisan. Entah sudah kesekian. Ragu apa ada daya bangkit berjalan. Tapi kamu, selalu membimbingku untuk bertahan. Tanpa sedikit pun bosan.
Semoga bukan melulu cinta. Rajin kamu bisikkan di telinga. Aku ingin ajakan mesra. Memintaku jadi pendampingmu di kala senja. Itu desahanmu paling manja.
Ah, aku mulai mengantuk. Pintaku, jangan kamu merajuk. Aku enggan melepasmu dari peluk. Tenang saja, hati tak akan sanggup membuatmu remuk.
Hujan. Padanya, kamu bukan sekedar kenangan. Dambaan. Jalan kita memang bersimpangan. Tapi biarlah - kamu, tetap jadi harapan.
Di rumpun edelweiss. Merindukanmu jadi lebih magis. Biar, aku tak peduli walau berteman gerimis. Percaya di hati, kamu tetap yang termanis.
Selama ada mentari. Tak perlu resah di hati. Hangatnya masih setia menemani. Seperti kamu di sisi. Berjanji setia memelukku hingga pagi.
Masa lalu. Mengenang dengan raut muka kelabu. Apa peduliku. Masih ada kamu. Setia memelukku.
Biar yang lain pergi. Tak perlu risau di hati. Linimasa pasti berganti. Tapi tidak bagimu lagi. Kamu, biar tetap abadi. Enggan aku ganti.
Diam-diam takut. Menengok esok dengan kalut. Gejolak hati penuh kemelut. Padahal, ada kamu, memelukku dalam selimut.
Beringsut dalam tangisan. Entah sudah kesekian. Ragu apa ada daya bangkit berjalan. Tapi kamu, selalu membimbingku untuk bertahan. Tanpa sedikit pun bosan.
Semoga bukan melulu cinta. Rajin kamu bisikkan di telinga. Aku ingin ajakan mesra. Memintaku jadi pendampingmu di kala senja. Itu desahanmu paling manja.
Ah, aku mulai mengantuk. Pintaku, jangan kamu merajuk. Aku enggan melepasmu dari peluk. Tenang saja, hati tak akan sanggup membuatmu remuk.
Hujan. Padanya, kamu bukan sekedar kenangan. Dambaan. Jalan kita memang bersimpangan. Tapi biarlah - kamu, tetap jadi harapan.
Di rumpun edelweiss. Merindukanmu jadi lebih magis. Biar, aku tak peduli walau berteman gerimis. Percaya di hati, kamu tetap yang termanis.
Selama ada mentari. Tak perlu resah di hati. Hangatnya masih setia menemani. Seperti kamu di sisi. Berjanji setia memelukku hingga pagi.
Komentar
Posting Komentar