Jauh Lebih Lama Lagi
Apa kabar, sayang?
Siang tadi, aku menemu satu lukisan hidup di satu gang sempit di kota kita
Aku tersenyum sambil berjalan dengan mata tetap lekat terikat pada yang itu
Lukisan hidup yang mungkin biasa saja
Sejoli kakek nenek berjalan berdampingan
Saling mesra bergandeng tangan
Pun senyum juga pandangan mesra yang tak lekang dihantam jaman
Sesaat setelah itu, mendadak aku mengupas lembar demi lembar kenanganmu
Tepat sekitar 1 bulan sejak kita sepakat menautkan hati
Satu pertanyaan yang kamu lumuri usapan lembutmu di pipiku
"Hubungan ini bisa bertahan seberapa lama ya, yang? 1 tahun? 2 tahun?
Itu sekedar celetulmu, anganmu ataukah harapanmu?
Sayang, aku ingin lebih dari waktu yang itu
Aku berharap waktu yang jauh lebih lama lagi
Inginku, kita masih saling bergandeng sekalipun tanganmu sudah penuh dengan keriput
Menatap mesra meski pandanganmu mulai lamur
Membusai sayang rambutmu yang rata memutih
Aku bermimpi menghabiskan waktu hingga detik terakhir nafas kau hela
Dan tetap bisa mengusap lembut pipimu sekalipun ragamu telak dingin dan kaku
Sayang...
Aku tidak pernah mengerti mantra apa yang selalu kau rapal setiap pagi pada Sang Hyang Widi, Tuhanmu
Pun aku sama tak paham apa namaku pernah sekali terselip
Atau tergelincir tanpa sengaja dalam rapalmu...
Tapi hal yang aku tahu, aku menyebut namamu di awal hariku
Di dini subuh yang dingin, kusempatkan menyebut namamu di sujudku pada Allah, Tuhanku
Doa untukku. Untukmu. Untuk KITA.
Untuk waktu KITA yang jauh lebih lama lagi
Siang tadi, aku menemu satu lukisan hidup di satu gang sempit di kota kita
Aku tersenyum sambil berjalan dengan mata tetap lekat terikat pada yang itu
Lukisan hidup yang mungkin biasa saja
Sejoli kakek nenek berjalan berdampingan
Saling mesra bergandeng tangan
Pun senyum juga pandangan mesra yang tak lekang dihantam jaman
Sesaat setelah itu, mendadak aku mengupas lembar demi lembar kenanganmu
Tepat sekitar 1 bulan sejak kita sepakat menautkan hati
Satu pertanyaan yang kamu lumuri usapan lembutmu di pipiku
"Hubungan ini bisa bertahan seberapa lama ya, yang? 1 tahun? 2 tahun?
Itu sekedar celetulmu, anganmu ataukah harapanmu?
Sayang, aku ingin lebih dari waktu yang itu
Aku berharap waktu yang jauh lebih lama lagi
Inginku, kita masih saling bergandeng sekalipun tanganmu sudah penuh dengan keriput
Menatap mesra meski pandanganmu mulai lamur
Membusai sayang rambutmu yang rata memutih
Aku bermimpi menghabiskan waktu hingga detik terakhir nafas kau hela
Dan tetap bisa mengusap lembut pipimu sekalipun ragamu telak dingin dan kaku
Sayang...
Aku tidak pernah mengerti mantra apa yang selalu kau rapal setiap pagi pada Sang Hyang Widi, Tuhanmu
Pun aku sama tak paham apa namaku pernah sekali terselip
Atau tergelincir tanpa sengaja dalam rapalmu...
Tapi hal yang aku tahu, aku menyebut namamu di awal hariku
Di dini subuh yang dingin, kusempatkan menyebut namamu di sujudku pada Allah, Tuhanku
Doa untukku. Untukmu. Untuk KITA.
Untuk waktu KITA yang jauh lebih lama lagi
still in love
for just the way you are
ini...membuatku menitikkan air mata....kebingungan..ini terlalu berat..huaaa...
BalasHapus