@panca_bas, ini buatmu...

"Yeay! Bentar lagi Soccer Fever!"

"Ya ampun, bola lagi? Ah, dasar cowok! Bola melulu... Padahal apa serunya sih, satu bola direbutin 22 orang!"

"Hahaha, kamu ga suka bola yaaa? Ketauan... Gini lho Mala, coba deh kamu analogikan bola itu dengan kebahagiaan. Semua orang pada rebutin kebahagiaan kan? Dengan cara apapun... Sama kan kayak bola?"

"Tapi itu beda, Panca... Kebahagiaan tiap orang itu beda-beda. Nah kalau bola, yang direbutin bola itu-itu aja kan?. Ga bisa disamain lah..."

*****

Aku lekat menatap laki-laki ini dari samping. Mengamati detail demi detail. Jengkal demi jengkal. Diam-diam, tentu saja! Laki-laki yang menurutku amat sangat adorable, lewat apapun yang dia lakukan. Caranya bicara, tertawa, semuanya. Just the way he is...

Sebastian Panca Parlemen Padang. Aku memanggilnya Panca. Cukup itu. Singkat. Nama panggilan yang "aneh" karena dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Biasanya anak kedua dilambangkan dengan nama Dwi. Atau...entahlah apa lagi yang lain, aku tidak terlalu tahu. Yang jelas bukan Panca yang artinya lima. Kami pernah meributkan soal ini...

"Lah, kenapa Panca sih? Kan kamu anak kedua!"

"Ya mana aku tahu? Kan orang tuaku yang kasih nama kayak gitu"

"Nah! Aku tahu kenapa kamu dipangggil Panca!"

"Oh ya? Kenapa?"

"Kamu lahir bulan Oktober kan? Bulan kesepuluh. Trus, kamu anak kedua. Nah, bukannya sepuluh dibagi dua sama dengan lima? Lima berarti Panca kan? Hehehe.."

"Hahahaha, serius! Mala, kamu maksa banget..."

*****

Sore ini, lagi-lagi aku menemuinya di sebuah rumah dengan dinding bercat warna putih dan nomor 27 berwarna emas bertengger manis di salah satu temboknya. Niatku cukup satu. Menjenguknya yang baru saja diserang virus Influenza. Tapi syukurlah, dia sudah dalam kondisi yang jauh lebih baik bahkan sanggup menghabiskan satu kotak ice cream yang sengaja aku bawakan atas permintaannya. Di mataku, sore ini dia sungguh terlihat fresh! Dibalut T-Shirt Giordano warna merah terang dan celana selutut warna hijau mirip seragam tentara. Rambut rapi dan dagu yang tercukur bersih. Damn! You really look good in my eyes! Mungkin, andai Audy Item juga Glenn Fredly tahu apa yang aku rasa lewat laki-laki ini, mereka akan dengan kompak meneriakkan, "Dear, kamu TERPESONA...!!"


Yah, katakanlah aku memang terpesona pada laki-laki ini. Pertama, lewat suaranya. Dia rajin menyapa pagi hariku lewat kicauannya di sebuah stasiun radio di kotaku. Mengusir dingin pagi. Senin sampai Jum'at, mulai jam 6 sampai 9 pagi. Lewat suaranya yang easy listening, rasanya aku tidak perlu melulu kecewa atau bersedih hati karena melewatkan pagi tanpa secangkir kopi. He gives me more than just a cup of coffee...

Kedua, lewat postur tubuhnya. Tinggi, besar juga berisi. Mirip beruang grizzly! Entah ada kesalahan genetik atau kelainan jiwa macam apa di otakku, karena selalu dan selalu suka laki-laki dengan postur tubuh yang seperti dia. Menurutku, laki-laki macam itu bisa melindungi perempuannya dengan baik, lewat pelukannya. Apalagi maksud Tuhan menciptakan manusia dengan postur sebesar itu, kalau bukan untuk memeluk dengan erat, dengan aman? Tapi bukan ini berarti aku ingin ada di pelukannya ya... Aku hanya menganalogikan posturnya, lain tidak. Somehow, beberapa teman-temannya menyebutnya "gorila air". Padahal, mana pernah ada nama species hewan macam itu?

Ketiga, aku terpesona caranya membuatku merasa nyaman ada di dekatnya. Juga aman.... Apalagi yang bisa dituntut, ketika kamu sudah menemukan rasa aman dan nyaman di diri seseorang? Sudah, cukuplah itu buatku. Aku tidak mengharapkan bisa mengagumi dia lebih dari itu...


-----You are falling in love with him, aren't you?----


Baiklah, aku capek menutup diri. Lalu, mari aku beri tahu sesuatu.

Aku tidak mau dan tidak sedikit pun pernah bermimpi untuk menjatuhkan cinta pada seorang Panca. Aku suka dia. Mungkin aku sayang. Sayang. Cukup itu dan ini sama sekali bukan cinta. Itu sama sekali berbeda! Setidaknya berbeda menurut penilaianku. Buatku, cinta itu perasaan yang cukup dan hanya akan kamu beri ke orang-orang yang spesial di hidupmu. Orang tua, keluarga atau pasangan hidup. Tapi sayang, aku lebih mendefinisikan rasa itu secara global, luas. Bahwa sayang itu bisa kamu beri dan bagi pada siapa pun. Sayang itu lebih besar maknanya. Buatku, lebih baik menyayangi daripada mencintai. Cinta suatu saat pasti hilang, tapi tidak begitu dengan sayang. Sayang akan selalu ada, sampai kapan pun dan apapun yang terjadi.


Dear Panca,

Anggaplah aku hanya sekedar salah satu dari sekian ribu Colors People yang ada di kota ini dan kamu adalah salah satu dari sekian announcer yang jadi favoritku, lewat semangatmu, lewat tawamu...dan yang pasti lewat suaramu. Aku tidak ingin dan sama sekali tidak berharap kamu menganakemaskan atau bersikap berbeda. Aku ingin kita begini, seperti apa adanya saat ini. Tidak ada yang ditambah maupun dikurangi. Aku suka begini saja...

Dan jika mengagumi adalah suatu dosa, biarlah aku menjadi seorang pendosa demi tetap bisa mendengarmu menghapus dingin di pagi hariku.



Lalu, jika Super Bass masih menjadi salah satu lagu favoritmu, aku memilih membiarkan Nicki Minaj mewakili segalanya...


Boy you got my heartbeat runnin' away
Beating like a drum and it's coming your way
Can't you hear that...



06.09.2012



Komentar

  1. Selalu menikmati semua cerita yang kamu tuliskan. Menyenangkan ikut terlarut dalam setiap ceritanya. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer