[Quiz MFF Prompt #4] Lima untuk Bahagia
Sketsa oleh Bety Sanjaya |
Baju berwarna putih yang panjangnya sampai
lutut itu tampak pas juga nyaman di badannya. Membuatnya bebas bergerak
melakukan segalanya yang dia mau. Dia tidak berhenti tersenyum, juga tertawa
entah karena apa. Pipinya merona merah. Aku tidak melihat orang lain di dekatnya,
yang sekiranya bisa membuatnya terus tertawa lepas seperti itu.
Diam-diam, aku memperhatikan anak perempuan
itu tampak asyik bermain dengan ayunan yang diikatkan ke sebuah pohon. Ketika
dia berayun, kaki-kakinya yang mungil menendang udara kosong. Semakin lama, gerak
ayunan semakin cepat, pun melayang tinggi.
Ketika ayunannya semakin tinggi, tangan kanannya
yang mungil menari-nari di udara, seakan bisa menggapai awan yang mirip gulali.
Tentu saja dia tidak mungkin bisa menggapai apa pun yang ada di atas sana,
walaupun sudah berulang kali dia mencoba. Alih-alih sedih dengan kegagalannya,
dia malah semakin keras tergelak. Lihatlah, betapa dia bisa dengan mudah
menyikapi sebuah kegagalan.
Lama kelamaan, aku melihat dia mulai bosan
dengan kesibukannya. Gerak ayunannya semakin lambat, hingga akhirnya diam sama
sekali. Tapi tetap saja, senyumnya belum hilang dan rona merah masih enggan
pergi dari pipinya yang gembil.
Dia turun dengan amat tergesa dari
ayunannya. Aku cemas dia terjatuh dan sempat berlari ke arahnya, demi
menahannya agar tidak jatuh. Tapi sebelum aku sampai di tempatnya, dia sudah
lebih dulu melompat ke tanah, lalu menepuk pelan bajunya, seakan berusaha
menjatuhkan debu yang mungkin ada di sana.
Aku tersenyum. Lalu menggumam sendiri, betapa
anak itu amat cantik dan menggemaskan.
Hal selanjutnya yang dia lakukan sungguh
sama sekali tidak aku duga. Dia berlari ke arahku, setelah sebelumnya memetik
beberapa bunga liar yang ada di sekitar tempatnya berdiri. Aku terkesiap, tidak
menyangka dia bisa menemukan tempat persembunyianku. Tidak, aku tidak menyangka
sama sekali.
Aku kehilangan kata-kata tepat ketika dia
sudah berada di hadapanku. Dia tersenyum malu-malu sambil menyodorkan bunga
liar yang ada di tangannya. Aku mencoba tersenyum, sebelum akhirnya air mataku
jatuh tanpa sengaja. Aku sempat menghitung ada lima tangkai bunga di situ,
sebelum akhirnya dia berkata dengan lembut.
“Ini buat Mama. Mama jangan sedih lagi, ya.
Mama tenang aja. Sekarang Tamara sudah sembuh, sudah nggak ada jarum yang nusuk-nusukin badan Tamara. Sekarang
Tamara sudah bahagia.”
Dia mengakhiri segalanya dengan menghapus
air mata di pipiku dan mengecupnya pelan. Dia pun sirna. Meninggalkan aku yang
kian mengguguk.
_____
29.04.2014
* 368 kata, tidak termasuk catatan kaki dan
judul
yah :( kirain gimana gitu ternyata tamaranya udah ga ada. btw suka sama stroberi di header blognya :D
BalasHapusiya, Tamara udah "sembuh" :'(
BalasHapushehehe, sila dipetik stroberinya :D
Yaaah, Tamara sakit apa van? :(
BalasHapusbisa sakit apa pun sih, yang akhirnya renggut nyawanya Tamara. :'(
BalasHapusDuh, hantu >.<
BalasHapusiya, opa Aul... itu hantu x(
HapusMengguguk apa artinya ya? *langsung browsing
BalasHapusKalau di kbbi.web.id, mengguguk artinya menangis dengan tersedu.
HapusOnty, aku suka narasinya tapi endingnya kurang greget .... :D
BalasHapushehehehe, kebingungan cari ending :(
BalasHapus