Selamat Pagi, Tuhan...
Selamat pagi, Tuhan…
Hari ini aku datang lagi ke rumah-Mu. Sebuah
bangunan tua dengan dinding berwarna cokelat muda dan warna cokelat tua di tiap
pilar-pilarnya. Rumah-Mu yang selalu membawa kedamaian, juga ketenangan. Tempatku
mendengar lantunan pujian dengan merdu, pun firman-firman-Mu yang tumpah ruah
tanpa henti. Tempatku sembunyi di pelukan-Mu, serta menyebut nama-Mu dengan lebih
syahdu.
Selamat pagi, Tuhan…
Hari ini aku bersiap untuk ke rumah-Mu lebih
awal dari biasanya. Sebuah kitab suci dengan sampul warna biru tua, sudah duduk
manis di dalam tas. Kitab itu bersanding dengan dua buah jeruk, yang nanti akan
aku berikan pada salah satu umat-Mu, dengan diam-diam. Ini seakan sudah menjadi ritual
terselubung selain berdoa di rumah-Mu, dalam tiga bulan terakhir ini. Riuhnya sekolah Minggu membuatku mampu
meletakkan benda dengan kandungan vitamin C, yang merupakan buah kesukaannya, ke
dalam tas miliknya yang dia letakkan di meja di sudut ruangan.
Tuhan,
Aku jatuh cinta kepadanya sejak awal
pertama kami bertemu, satu tahun yang lalu. Tepat di rumahMu, tempat yang katanya penuh
dengan berkat. Ampuni aku, Tuhan…jika aku berulang kali membawa maksud lain, ketika
aku datang menemui-Mu. Aku memang hanya bisa melihatnya dari jauh, lalu
menyimpan imaji bayangannya, juga melekatkan senyumnya dengan lebih sempurna di
setiap sudut memoriku. Dan untuk itu, aku mengucap syukur dan terima kasih
pada-Mu tanpa henti, karena telah menciptakan makhluk indah seperti dia.
Tidak, Tuhan…
Aku tidak berani mengungkapkan apapun yang
aku rasakan padanya saat ini. Biarlah hanya aku dan Engkau yang tahu tentang
ini. Juga buah jeruk yang kerapkali aku masukkan dengan tergesa ke dalam
tasnya. Biarkan aku tetap menikmati raut mukanya yang kebingungan setiap kali
menemukan buah jeruk di dalam tasnya. Biar saja semua tetap seperti ini dan aku
akan menjadi pemuja rahasianya yang abadi. Lalu, kami tetap dapat menjalin
komunikasi dengan baik, seperti biasanya. Sekalipun banyak orang bilang bahwa perasaan itu harus disampaikan kepada yang bersangkutan, aku memilih untuk menyimpan segalanya tetap terkunci dengan rapi.
Tidak, Tuhan… Aku tidak akan membuka
perasaan ini sampai kapanpun. Biar saja. Aku akan selalu menikmati setiap lika-liku cerita, serta segala gemuruh debar, dengan menjadi pemuja rahasianya. Aku cukup tahu diri untuk tidak melakukannya, Tuhan. Karena lelaki yang aku cintai itu, sesungguhnya adalah lelaki yang sudah Kau takdirkan untuk menjadi
manusia wadat, Pastor Jonathan.
Jadi, bagaimana mungkin aku punya nyali
untuk merebut kekasih-Mu, Tuhan?
23.02.2013
Falling In February
Sheila On 7 - Pemuja Rahasia
tulisan yang indah sekali... Saya senang membacanya! Terima kasih sudah berbagi... Terus semangat berkarya! :D
BalasHapusNice blog,, visit back :) http://wiedy.cyber4rt.com/2013/02/acer-iconia-tablet-pc-multifungsi.html
BalasHapus@bintangberkisah: ahh, terima kasih :')
BalasHapus@bl4ck_wiedy: thanks for coming :)
aku juga senang ngobrol sama Tuhan, jadi terasa dekat :)
BalasHapusEh mampir ke blog aku yuk!
Aku lagi bagi pulsa @Rp 5.000 untuk 5 orang dengan hanya berkomentar di http://argalitha.blogspot.com/2013/02/berhemat-dengan-undangan-pernikahan.html
tapi komentarnya harus nyambung dan seru, ya :) jangan lupa tinggalkan nama akun twitternya. Paling lambat tanggal 27 Februari jam 9 malam.
aku tunggu. Terima kasih ^^
Bagus, Vanda. Percakapan dengan Tuhan selalu menciptakan kesyahduan tersendiri :'))
BalasHapustuhaaaan apa salah hambamu yg kece ini tuhan :'|
BalasHapus@Arga Litha : makasih ya, udah mampir :)
BalasHapus@noichil : aakkk, chil... iya, syahdu :'))
@Galih Haryo : errr, apa ya? makasih, udah dateng ke rumahku :)
Tuhan, kalau aku tak boleh merebut kekasihmu, berikan aku kekasih yang baru ;p
BalasHapus@evi: lagi curcol? :p
BalasHapusCinta di tempat dan waktu yang salah ..... akuh sedih bacanya.
BalasHapus@eva: sodorin tissue... Makasih udah mampir :)
BalasHapus