Minggu Pagi
Anak perempuan kecil nan gendut. Berlari kesana kemari dengan mata
berbinar. Sesekali berhenti lalu bergelayut manja di lengan kakaknya
yang memanggul tas ransel besar.
Kerumunan portir sigap menyambut penumpang dengan setumpuk barang.
Berharap ada Rupiah yang bisa dibawa pulang, demi meredam rengekan
anaknya yang ingin baju baru untuk lebaran.
Loper koran dengan tumpukan surat kabar di lengannya. Kemeja lusuh,
topi hitam dan sandal jepit usang, sudah cukup jadi modal untuk hilir
mudik menawarkan dagangannya ke setiap orang.
Para sopir taksi yang saling bercanda. Kadang terhenti demi menawarkan
jasanya ke tiap orang yang baru turun dari kereta. Demi jumlah setoran
harian yang harus selalu tercapai.
Lalu aku. Duduk di pojok ruang tunggu. Berusaha keras melawan kantuk.
Pun dingin merasuk tulang, lewat balutan cardigan bertumpuk jaket.
Mencuri hangat matahari yang mulai muncul malu-malu. Menanti
kedatangan orang terhebat dari Mutiara Selatan.
12.08.2012
saat dingin tak bisa dibujuk
berbinar. Sesekali berhenti lalu bergelayut manja di lengan kakaknya
yang memanggul tas ransel besar.
Kerumunan portir sigap menyambut penumpang dengan setumpuk barang.
Berharap ada Rupiah yang bisa dibawa pulang, demi meredam rengekan
anaknya yang ingin baju baru untuk lebaran.
Loper koran dengan tumpukan surat kabar di lengannya. Kemeja lusuh,
topi hitam dan sandal jepit usang, sudah cukup jadi modal untuk hilir
mudik menawarkan dagangannya ke setiap orang.
Para sopir taksi yang saling bercanda. Kadang terhenti demi menawarkan
jasanya ke tiap orang yang baru turun dari kereta. Demi jumlah setoran
harian yang harus selalu tercapai.
Lalu aku. Duduk di pojok ruang tunggu. Berusaha keras melawan kantuk.
Pun dingin merasuk tulang, lewat balutan cardigan bertumpuk jaket.
Mencuri hangat matahari yang mulai muncul malu-malu. Menanti
kedatangan orang terhebat dari Mutiara Selatan.
12.08.2012
saat dingin tak bisa dibujuk
Komentar
Posting Komentar