Dua hari lagi lebaran.
Itu artinya, satu hari lagi aku harus kuat puasa. Ibu berjanji
membelikanku kopiah baru, kalau puasaku penuh. Kopiah milikku memang
sudah usang. Warnanya memudar. Kami memang bukan keluarga mampu. Untuk
sebuah kopiah, Ibu berusaha menyisihkan upahnya selama tiga minggu,
hasil kerja sebagai buruh cuci pakaian milik tetanggaku.
Aku mendadak grogi. Membayangkan kopiah seperti apa yang akan Ibu
belikan nanti. Aku harap warnanya biru, warna favoritku. Tapi hitam
juga bagus, warna netral. Asal jangan putih, terlalu mudah kotor.
Lalu modelnya. Apa itu model terbaru yang ujungnya runcing? Atau model
biasa dengan sulaman benang emas di tiap sisi? Ah, aku sudah tidak
sabar...
***
Aku baru saja selesai membaca Surat Yasin untuk Ibuku. Perlahan, aku
lepas kopiah usangku lalu mendekapnya erat. Pilu. Hari ini, tepat satu
tahun yang lalu, Ibu meninggal karena tertabrak mobil. Itu terjadi
tepat saat Ibu pergi demi membelikanku kopiah baru.
Air mataku jatuh satu demi satu. Kopiah baru, tinggal kenangan.

Komentar

Postingan Populer