Surat untuk Ibrahim
Assalamu'alaikum, Ibrahim "Po" Bahalwan.
Budhe ingin cerita. Semoga kamu berkenan mendengar (atau membaca) ya, Po. Kamu boleh melanjutkan ceritanya besok, kalau malam ini kamu sudah terlalu lelah dan ingin istirahat.
Po, seharian ini kamu "berhasil" buat budhe merasa tulangnya dilepas satu-satu, tapi di sisi lain, pikiran terasa panik. Budhe memang lebay, Po, kamu boleh tertawa untuk itu. Tapi bagaimana mungkin budhe nggak panik, waktu papa Hamdan telepon dan bilang kalau stok darah AB+, darahmu, lagi kosong di PMI. Kita ditakdirkan punya golongan darah yang sama, Po, tapi sayangnya budhe sedang dalam kondisi tidak boleh mendonorkan darah. Budhe sedih... sedih sekali karena merasa belum bisa berbagi sama kamu.
Kamu tahu, Po... golongan darah kita ini termasuk golongan darah yang sering kehabisan stok. Apalagi di masa banyak penderita demam berdarah kayak sekarang. Kejadian ini semakin bikin budhe merasa harus benar-benar rutin mendonorkan darah.
Po, kurang lebih sudah sembilan hari budhe merasa khawatir dengan kondisimu, tapi hari ini budhe jauh lebih khawatir. Iya, mungkin efek nggak bisa donor buatmu yang bikin budhe merasa lebih down.
Budhe masih bisa merasakan bagaimana paniknya tadi bertanya golongan darah ke teman kantor budhe satu per satu. Membuat broadcast ke beberapa teman via WhatsApp. Demi kamu, Po. Demi kamu.
Allah itu Mahabaik, Po. Penciptamu itu membantu kami lewat teman-teman yang baik. Yang tanpa kami sadar, ternyata turut membantu menyebarluaskan berita. Entah berapa banyak yang mengirimkan pesan, juga menghubungi papa Hamdan via telepon, bahkan ada yang dari luar kota Surabaya. Mama Puri juga sama. Orang tua temannya siap menyumbang darahnya buatmu.
Betapa kamu dikelilingi banyak orang yang sangat menyayangimu, Po.
Urusan darah selesai, tapi ceritamu ternyata belum. Sekitar jam tiga sore, budhe dapat kabar kalau kondisimu amat sangat kritis. Kamu gagal bernapas, dan akhirnya dipasang alat bantu yang tersambung ke paru-paru. Ditambah lagi, kamu mengalami hipotermia. Tadi papa Hamdan sempat cerita, kalau dia sudah menandatangani surat persetujuan penanganan dan siap untuk kemungkinan terburuk sekalipun, yaitu meninggal.
Po, budhe ngilu lihat kamu dengan selang-selang di tubuhmu. Jauh lebih ngilu lagi, lihat mama Puri yang menangis, bahkan bilang dia rela menukar napasnya demi kamu bisa bernapas. Hati budhe remuk, Po. Remuk karena kamu, juga karena mama Puri, adik budhe satu-satunya.
Po, cepat sembuh ya, Nak. Kalau hidup sejatinya adalah untuk berjuang, semoga perjuanganmu ini penuh arti. Po sudah sejauh ini berjuang, itu baik, dan budhe bangga. Budhe hargai usahanya Po. Kalau capek, Po boleh istirahat. Nggak apa-apa. Budhe juga sering kayak gitu kok. Nggak usah merasa takut untuk istirahat.
Sudah malam, sudah waktunya istirahat. Semoga besok segalanya mendatangkan kebaikan ya, Po. Semoga kamu bisa segera pulang ke rumah dan berkumpul sama orang-orang yang menyayangimu. Semoga Allah memberikan kita semua hal yang terbaik bagi-Nya.
Satu hal yang perlu kamu tahu, Po.
Kamu adalah anak lelaki yang istimewa. Kamu, Ibrahim Bahalwan, anak yang hebat dari papa Hamdan dan mama Puri yang juga hebat. Kami bangga padamu, Po. Kami amat sangat menyayangimu.
Karena kamu, Po, adalah malaikat yang Allah kirim untuk kami.
Selamat tidur, keponakan kesayangan budhe.
Wassalamu'alaikum, Po.
_____
02.02.2016
Lho panda adek ibrahim sakit apa? Dirawat dimana?
BalasHapusSemoga kesehatanmu segera membaik, Po. Banyak orang yang menyayangimu. Biarkan mereka menemanimu tumbuh dengan senyuman.
BalasHapus