Prompt #60: Firework
“Sudah siap?”
Lelaki di sebelahku tersenyum melihatku
yang sedang bersemangat. Ini malam yang sudah lama aku tunggu, karena janji
lamanya untuk mengajariku memotret kembang api, akhirnya bisa terlaksana. Ini semacam
sebuah penantian panjang, karena jarang ada pesta kembang api di kota kami. Jadi,
ketika kami tahu kalau akan ada pesta musik dan kembang api di acara ulang
tahun kota tempat kami tinggal, rencana segera dibuat.
Kami sudah berada di atap kantorku sejak pukul sepuluh malam. Letak kantor yang tidak terlalu jauh
dari lokasi acara, kuanggap cukup tepat untuk mengambil gambar.
“Pasang tripodnya, Sayang…”
Aku menurut. Kabar yang aku terima, kembang
api dimulai pukul 22.30, dan akan berlangsung sekitar 45 menit. Kami punya cukup
waktu untuk memilih tempat yang sesuai untuk mengambil foto. Atap kantor yang luas membuat kami bebas memilih,
dan akhirnya memutuskan sisi Barat adalah tempat yang tepat. Suara dentuman
musik terdengar cukup jelas di tempat kami berdiri.
Kamera kami sudah siap, tinggal menunggu pesta
kembang api dimulai. Aku memilih duduk menunggu, sedangkan dia tetap berdiri
sambil memerhatikan lampu-lampu kota yang terlihat seperti kunang-kunang.
“Tadi baterai kameranya sudah diisi penuh,
kan?” tanyanya tiba-tiba.
“Sudah, Jenderal! Cadangan juga penuh.
Kondisi kita aman terkendali.”
Dia tersenyum, lalu berjalan ke arahku. Sebuah
gerakan lembut yang sedikit mengacak-acak rambut, mendarat di kepalaku sebelum
dia duduk dan meraih telapak tangan kananku yang dingin.
“Kamu kedinginan?”
“Sedikit. Nggak masalah kok.”
“Kalau memang nggak kuat dingin, kita
pulang aja, ya? Daripada ada apa-apa sama ka…”
Aku pun segera memotong kata-katanya. “Enggaaakkk…
kita nggak akan pulang sebelum dapat foto kembang api yang bagus. Mending sekarang
kamu mulai ajarin teori foto kembang api itu kayak gimana.”
“Yakin?”
“Ay
ay, Captain!”
Lelakiku mengalah. Dia mengajariku tahap
demi tahap. Pengaturan shutter speed juga ISO yang rendah, mode manual, semuanya.
Ketika aku memasang wajah bingung, dia seringkali berhenti dan mengulang
kembali teorinya. Sebenarnya tidak terlalu banyak, tapi amatir sepertiku ini
memang butuh banyak belajar, juga praktek.
Kembang api pertama akhirnya meluncur. Kami segera
sibuk dengan kamera masing-masing. Beberapa foto sudah aku dapat, tapi hasilnya
jauh dari memuaskan. Aku sengaja bertahan dulu, dengan tidak bertanya cara yang
tepat, dan berusaha mengingat apa yang sudah dia ajarkan.
“Dasar
amatir!” rutukku dalam hati.
“Ini gimana, sih? Dari tadi nggak bisa
dapet yang bagus, padahal udah praktek kayak yang kamu ajarin tadi.” ujarku menyerah.
“Sini, coba aku lihat.”
Mungkin aku terlalu amatir, karena hanya
sebentar setelah dia mengatur kameraku, akhirnya aku mulai berhasil mengambil
gambar kembang api yang apik. Senyumku lebar, mengucapkan terima kasih lalu
mengecup bibirnya sekilas, dan akhirnya asyik mengambil gambar lagi.
Tiba-tiba, titik fokusku terganggu. Aku yang
terbiasa menutup sebelah mataku agar lebih jelas melihat lewat lensa, segera
merasa kalau ada sesuatu yang menutupi lensa kameraku. Aku mengalihkan
pandangan, dan menemukan dia berada di depan kameraku.
Lelakiku… sedang memegang sebuah cincin.
Ini…
“Hei…”
“Hei… apa ini?” ujarku lirih.
Dia tersenyum, lalu berlutut. “Perempuanku… kamu mau nggak,
jadi kembang api terindah di hidupku?”
Pandanganku mengabur. Air mataku turun
tanpa aba-aba.
Mendadak kembang api di belakangnya tidak
menarik perhatianku lagi.
_____
18.08.2014
* 496 kata, tidak termasuk judul dan
catatan kaki
duhh co cwiiitt :o
BalasHapusaaakkkk, dibaca Irul! hehehe, ma'acih. :3
Hapus.asik digombalin, eh dilamar ... :)
BalasHapusuhuyyyyy
BalasHapushahay....indahnya rembulan kiranyadapat terkalahkandengan ke ehmm..ehhmm.. an-nya deh
BalasHapusHihi, sayang udah ad spoilernya di comment MFF=)
BalasHapuskejutan yang menyenangkan...sebuah cincin ...membuat kembang api tidak menarik lagi....benar benar suprise.....keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
BalasHapushoreeeee! wah romantisnyaaa
BalasHapusAaaak, mau juga dong dikasih cincin (berlian?)!
BalasHapus#ehh... :p
ceritanya manis, Vanda. kayak ka....pas gulali. #fffiuh. Hampir aja slip of finger. :D
ceritanya enak dibaca
BalasHapusromantis
BalasHapusaaakh romantis sekali ceritanya
BalasHapus