[Prompt #54] Kepergian


Sumber

Ini pagi entah keberapa yang aku lalui dengan kesadaran kalau kamu sudah tidak ada lagi di sampingku. Aku masih belum juga bisa untuk segera hilang dari rasa linglung selepas bangun tidur. Lebih bodohnya lagi, aku masih saja berulang kali melihat ke arah pintu yang kamu lewati terakhir kali, lalu berharap kamu tiba-tiba muncul. Kembali pulang.

Aku ini punya sepertiga jiwa petualang, sepertiganya lagi detektif, dan sisanya pencari cerita yang ulung.” katamu.

Omong kosong! Kamu ini bodoh atau tidak sadar kalau bersikap seperti yang kamu sebut itu terkadang berbanding lurus dengan pertaruhan nyawa? Segala sesuatu yang mencurigakan, yang bisa menarik perhatianmu dalam sekejap, selalu membuatmu tertarik untuk mencari tahu segalanya sampai tuntas.

Dan kali ini, kamu mencurigai dia.

“Aku sering melihat anak kecil masuk ke tempatnya dan nggak pernah pulang dari sana. Itu aneh, kan? Aku mau selidiki dia.”

Aku menggelengkan kepala selepas kamu memberi alasan kecurigaanmu.

“Kurasa sebaiknya kau tidak perlu tahu tentang dia. Percayalah, kurasa betul-betul jangan.”

Tapi kamu memutuskan untuk tetap pergi. Memuaskan keingintahuanmu. Memenuhi panggilan jiwamu sebagai petualang, detektif, dan pencari cerita yang ulung. Aku hanya bisa menatapmu nanar, melepas kepergianmu dengan perasaan dan pikiran yang ruwet seperti benang kusut.

Setiap kepergian itu pasti disertai dengan kepulangan, kan? Seharusnya memang begitu, kan?

Ternyata, kamu tidak pernah pulang sampai detik ini. Berulang kali berharap kepulanganmu, berulang kali pula aku terjerembab dalam harapan kosong.

Seharusnya, kamu mau mendengarkan kata-kataku untuk tidak mendekati atau mencari tahu apapun tentang dia. Andai saja kamu mau lebih mendengarkanku, kalau dia itu sosok yang mengerikan sekaligus sadis. Sosok yang mau melakukan apa saja demi dirinya.

Mungkin, ini saatnya aku pergi. Menjauh dari tempat terakhirku melihatmu masuk ke rumahnya, manusia penggemar hidangan dari daging kita, makhluk-makhluk yang hanya bisa mengeong.


_____
18 Juni 2014
* 285 kata, tanpa judul dan catatan kaki

Komentar

  1. Ja-jadi dia pemakan kucing?
    Sini mana orangnya! Berhadapan sama aku. Kucing lucu begitu dimakan. Hih! *kesel sendiri*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iii... iiyaaa... :'(
      Jahat, ya? Kasian.

      Hapus
  2. waduh.... manusia pemakan kucing...???

    hiiyyyyy

    BalasHapus
  3. iya, mas. sadis banget. :'(

    BalasHapus
  4. Ohh..ceritanya dari sudut pandang si Kucing ya..beh..sadisnyee si Pemakan kucing..(>_<)

    BalasHapus
  5. @rizki: iya, ini pakai sudut pandang si Kucing. emang tega banget si pemakan kucing. :'(

    BalasHapus
  6. hmmm... pemakan kucing? *bergidik*

    BalasHapus
  7. iya, pemakan kucing. hihh..

    BalasHapus
  8. si kucing pandai bermain kata rupanya. ;)

    kalimat-kalimat dalam kisah ini cenderung puitis dan sedikit berpanjang-panjang.

    Hati-hati, bisa menimbulkan kebosanan. ;)

    BalasHapus
  9. tabik, bang Riga. makasih masukannya. :)

    BalasHapus
  10. huooo ternyata in si kucing yang cerita, ih ga kebayang kucing dimakan :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan dibayangin, Kak, biar nggak bikin ngeri. :((

      makasih udah baca :)

      Hapus
  11. masih suka heran kok kucing jadi makanan ya? hiiii

    BalasHapus
  12. ya ampun. tega ih makan kucing :(

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer