[BeraniCerita #19] Terlambat Mengerti
“Kenapa,
sih, suka banget berhenti di zebra cross? Kalau ada orang yang mau nyebrang
jalan, dia mau lewat mana?”
Aku
tersenyum. Lagi-lagi Ririn, pacarku, mengomel tentang kebiasaanku menghentikan
sepeda motor tepat di zebra cross. Omelannya sudah menjadi kebiasaan untuk
mengimbangi pelanggaranku. Dan sayangnya, pelanggaran itu sudah menjadi kebiasaan yang
nyaris tidak pernah tidak kulakukan.
Aku
melepaskan tanganku dari kemudi sepeda motor, menoleh ke arahnya sambil
mengelus tangannya perlahan. “Duh, Sayang, jangan ngomel gitu deh. Kan ini lagi
nggak ada nyebrang juga. Boleh aja, kan, aku berhenti di zebra cross?”
“Nah
kan, alasan macem apa itu? Selalu gitu deh, kalau dikasih tahu. Sekalipun lagi
nggak ada orang nyebrang, tetap aja ini bukan tempat buat kendaraan berhenti.
Buat apa ada garis lurus sebelum zebra cross, kalau motor malah pada berhenti
di depan garisnya?”
Berusaha
mengabaikan kata-katanya, aku memilih melajukan pelan kendaraanku. Semakin melewati
batas kendaraan berhenti, semakin menjauh dari zebra cross. Pelanggaranku makin
telak.
“Ini
kenapa malah lebih maju lagi? Suka banget langgar peraturan!”
Aku
diam. Teguran pacarku ini bukan pertama kalinya dia lontarkan. Susunan
kalimatnya hampir tidak pernah berubah, sama halnya dengan alasanku yang juga
tidak berubah sedikit pun. Aku bukannya tidak tahu kalau aku melanggar
peraturan, tapi toh aku tidak sendirian. Banyak kendaraan melakukan hal yang
sama sepertiku. Tidak hanya satu-dua kendaraan. Jadi kalau pun aku memang melanggar,
aku bukan satu-satunya yang bersalah, kan?
Alih-alih
bosan mendengarnya tegurannya, aku memilih untuk memasang wajah dan senyuman
tanpa dosa.
“Ternyata
susah, ya, pacaran sama anak hukum? Ini itu harus nurut peraturan, hehe… Tapi
Sayang, ngomong-ngomong kamu pernah tahu nggak, kamu itu tambah cantik kalau
lagi ngomel lho.”
Ajaib.
Mulutnya seketika mengatup rapat. Rayuanku seakan mantra penutup mulut yang
mujarab. Tapi tunggu, tiba-tiba aku merasa sebuah sengatan di pinggang kananku.
Dia menghadiahiku sebuah cubitan dengan cuma-cuma. Astaga!
Suara
klakson membuat kami sadar, lampu traffic
light sudah berubah menjadi hijau. Cubitannya berhenti seketika, aku
kembali pada kemudiku seperti semula.
***
Sebuah
klakson membuatku sadar dari lamunan. Kali ini, suaranya tidak membuatku segera
melajukan kemudi. Tidak, aku tidak sedang berkendara. Aku hanya sedang berdiri di ujung zebra cross, di sebuah jalan yang biasa aku lewati ke kampus.
Sebuah ambulance sedang
terburu-buru melintas di depanku. Ada jenazahku di dalamnya.
Tak
jauh dari situ, sebuah sepeda motor yang ringsek berat, sedang diangkut ke atas
mobil patroli.
08.07.2013
-words : 383-
Nakal sih :"(
BalasHapushu'um, nakal. jangan ditiru yak! :'(
HapusVan, ini kalimatnya kepanjangan jadi sulit dicerna ---> Omelannya sudah menjadi kebiasaannya untuk mengimbangi pelanggaranku yang sayangnya, juga sudah menjadi kebiasaan yang nyaris tidak pernah tidak kulakukan.
BalasHapusSaran aja, coba dibikin dua kalimat aja :)
udah diedit jadi 2 kalimat. makasih masukannya, Vi. :)
Hapusmasih utang #twinsproject, euy :(
ada eventnya ya? ikut dong
BalasHapusVanda...rasanya ada lompatan logika di sini (maaf, saya memang sedang sok memakai bahasa keren, hehe). Begini, jika seseorang menggunakan motor dan berhenti di zebra cross, dia tidak akan tertabrak kendaraan lain. Mengapa? Sebab hanya pejalan kaki yang melewati jalur itu.
BalasHapusJika kita membayangkan, kendaraan lain akan lalu lalang di jalur masing-masing.
Lain cerita jika disebutkan ada kendaraan lain yang 'nyelip' menyeruduk motornya 'aku'.
Demikian tanggapan saya (yang lagi-lagi sok resmi) ini. Sampai jumpa di lain komentar.
Salam.
:p
attarsandhismind:
BalasHapusdi tulisan ini, sempat ditulis kalau "aku" semakin menjauh dari zebra cross, jadi ada penekanan kalau dia semakin menyalahi aturan, yang memperbesar kesempatan dia mengalami kecelakaan.
perihal tertabrak dari jalur lain, atau diseruduk kendaraan lain, atau apapun itu, sepenuhnya saya serahkan pembaca untuk berimajinasi.
Sampai jumpa lagi. Terima kasih sudah bermain-main di kebun strawberry :p
patjarnya lagi gak dibonceng yah?
BalasHapussaya malah nyari-nyari mayat pacarnya mana :))
nice story
hehehe, sengaja dibuat si pacar ga ikut, jadi kesannya si tokoh utama lagi "nostalgia" sama omelan pacarnya :D
BalasHapusmakasih, udah jalan-jalan ke kebun stroberi :)
Sepertinya kenapa tokoh bisa mati tidak terlalu penting, ya? Cerita ini lebih menekankan ke sisi ironinya.
BalasHapusNice story :)
karena ide tulisannya juga muncul dari ironi tiap liat pengendara motor yg ga patuh peraturan :'(
BalasHapusmakasiiihhh... terharu gegara Irfan mampir ke kebun stroberi :')
singkat | padat | berisi
BalasHapusini tulisan dengan pesan moral keren tanpa kesan menggurui. :)
inspirasinya juga dari hal yg sudah sangat familiar di sistem penginderaan. :)
orang-orang mesti baca nih kalo bawa kendaraan mesti menghormati pengguna jalan yang lain. #curhatColonganBike2Worker
hei Arai...
Hapusidenya memang asalnya dari apa yg setiap hari terlihat. dari hal yang seakan "dibenarkan" banyak pengguna jalan.
terimakasih sudah mampir :)
Makanya, sama peraturan itu, harus patuh.. hehehe
BalasHapusdear Santi Dewi,
Hapuspasca baca tulisan ini, semoga makin patuh sama peraturan, ya. hehehe
makasih sudah main-main kesini :)
bgtu ya,, heheh,,, udah dibilangin sih solanya
BalasHapushello mruhulessin,
Hapushu'um, bandel sih. hehehe. makasih udah mampir :)
Aiish.. motornya sampe ringsek.. :(
BalasHapusDi sini mahasiswa Hukumnya beneran patuh hukum ya? Di kampus saya, anak-anak fakultas Hukum banyak yang malah melanggar aturan. *komen OOT* :P
Kalau saya bukan anak Fakultas Hukum. *nggak ada yang nanya juga.. :D
mana ada "vote" Mb? ngga ada..
BalasHapusTuh kan udah dibilangin kan. Sekarang cuma bisa diem deh. Nggak bisa denger omelan pacar tercinta lagi deh. Payah ya si 'aku' ini. :,)
BalasHapus