Hangatnya menepi

Bermalamkan bulan separuh
Lemah, merangkum remah demi remah memoarmu yang berserakan
Disatukan genangan kental berlabel teh di tangan

Jejakmu makin kabur
Angin tumpah memberangus segalanya tanpa ampun
Pun desahku pada bulan, rindu buatmu
Namamu, seakan sketsa belaka, lain tidak

Sukma ini kian pekat berjelaga
Sia-sia menanti hangatnya matahari
Dia sudah berpamitan pulang ke asalnya



Dipeluk malam...
Dingin, sunyi disini
Dan rasa itu akhirnya menepi.


Komentar

  1. lalu...

    bagaimana dengan hati itu ?, hatimu ?.

    BalasHapus
  2. hati itu, biarlah dipadatkan atau bahkan dimonopoli halimun diujung kota sana, hingga tak kasat mata

    dan tentang hati ini, ritmenya tetap, masih bersenandung cerita dongeng bertutur riang...tapi rasa di baliknya, tidak akan sama dengan rasa di hari yang lalu. Melepaskannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer