Dear sunrise...

Dear, sunrise-ku,
Apa kabar? Rasanya seperti sudah bertahun-tahun yang lalu kita larut dalam gelak tawa dan bersenandung tentang kerinduan yang membuncah, sedangkan kita baru saja bersama melebur di macetnya kota, lalu duduk bersebelahan dan mengakhiri semuanya lewat makan siang bersama.



Dear pangeran kodokku,
Di kota ini, aku mengawali segala cerita denganmu. Kamu tau, kamu adalah satu alasan kenapa aku enggan melenguh bosan dan beranjak pergi menjadi urban ke kota lain. Aku ingin, di kota ini lah...aku bisa selalu denganmu. Bertatap muka, memegang lembut tanganmu, merasakan dekap hangatmu dan pasti...mengecup mesra bibirmu hingga habis nafas kita.


Namun, apa yang terjadi? Ringan saja, kau berucap niatmu untuk pergi dari kota ini, kota kita. Singkat saja, yang aku rasakan nyaris sama seperti kamu menyuruhku memakan sejumput tape ketan atau tamie goreng, makanan yang selalu aku hindari. Aku tercekat, gemetar hebat...


Ahh, kini aku menyesali reaksi alamiah yang muncul atasku. Enggan dusta aku berucap tapi yahh...jauh sebelum perpisahan itu terjadi, aku mendadak jadi teramat takut. Takut untuk tenggelam dalam rasa kehilangan. Aku ingin kamu tetap disini. Tetap di sisiku. Egoisme atas dirimu menggelayut, sulit terlepas.


Tapi jika harapanku atasmu pun didengar Tuhan dan akhirnya dikabulkan, apa lantangku untuk bersikap? Kita tak sedikitpun punya peluang untuk menyatukan apa yang kita rasa, cinta. Lantunan kidung pujian atas Tuhan yang kita pahami, tak sedikitpun sama. Lalu, atas lelakon apakah...aku ada hak untuk menahanmu disini? Rasanya tidak ada...


Dear sayang, teruntuk kamu...hanya kamu, aku lemparkan api atas segala ketakutanku. Biar itu jadi abu, asal kamu tetap di hatiku.


Lagu ini untukmu....





Just when I felt like giving up on us
You turned around and gave me one last touch
That made everything feel better
And even then my eyes got wetter
So confused wanna ask you if you love me
But I don't wanna seem so weak......

Komentar

Postingan Populer