would you change?
Tadi malam, mendadak juga sebenarnya...ingat ke pesan Daddy via SMS pasca kirim surprise ke beliau berupa skripsi, hasil pemikiran yang beliau dukung secara penuh. Pesan itu rasanya sudah seperti warning, sampai detik ini..
"Ada surprise di mejaku, tks dear. Lebih surprise lagi ketika membaca motto oleh anonim, selamat, aku bangga Vanda bukan hanya sdh SH, lbh lagi sdh dpt menjiwai nilai2 dari Universitas Kehidupan. Bravo, teruslah berkarya, ini bukan akhir dari belajar, jadilah manusia pembelajar, justru jadikan ini awal untuk scr langsung belajar dan berkarya dr dan untuk kehidupan nyata. Sukses & GBU."
Jadilah manusia pembelajar memang sengaja ditekankan ya...karena sesungguhnya manusia "ditasbihkan" untuk tidak pernah sekalipun berhenti belajar. Tentang hal apapun. Serta dari manapun. Buat saya, lewat masalah demi masalah, Allah SWT mengajarkan saya untuk bertahan, survive, percaya dengan iman yang saya miliki serta percaya bahwa tidak akan mungkin bagi Allah SWT untuk meninggalkan saya terpuruk dari masalah yang tidak sanggup saya hadapi. Janji Allah SWT jelas-jelas nyata tuh...di Surat Al Insyirah ayat 5 - 6 "Maka sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan. Sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan".
Lanjut, hal yang saya percayai lagi dengan masalah...itu akan membuat diri saya semakin dewasa, kuat, tangguh dan tegar (kayak lagunya Rossa :p ). Bahwa saya akan "naik kelas" di hadapan Allah SWT. Bahwa dengan masalah, Allah SWT berarti lagi sayang juga ingat ke saya. Menjadikan masalah sebagai "guru kehidupan" mungkin terdengar aneh tapi bagi saya, itu hal yang biasa.
Anyway, hal yang jauh lebih penting pasca mendapatkan masalah adalah bagaimana kita harus bersikap. BERUBAH menjadi pribadi yang lebih baik. Itu kayaknya sudah jadi sebab akibat yang harus dijalani. Karena harusnya, di setiap akhir dari permasalahan bisa ditarik kesimpulan bagaimana harus bersikap, berperilaku juga berpikir. Pola pendewasaan harusnya juga ikut diaktifkan tuh! Wajib hukumnya...
Nah, hal paling menarik adalah proses menuju perubahan. Apakah kita dengan ikhlas berubah demi kepentingan diri sendiri jadi nantinya menjadikan kita pribadi yang lebih baik? Atau hanya mau berubah demi terlihat baik di hadapan orang lain? Watch out ya...lebih baik dihindari, kalau berubah sekedar demi terlihat baik karena perubahannya tidak akan lama! Sifatnya sementara. Kesannya bukan jadi diri kita sendiri. Takutnya, kalau nanti pihak yang jadi alasan buat berubah tiba-tiba pergi dari kita, waaa...hasilnya kebanyakan bisa ditebak! Berubah lagi ke "jaman jahiliyah" lagi :|
Contohnya banyak juga sebenarnya. Pas pendekatan (pdkt) ke seseorang yang kita suka, sometimes berusaha semaksimal mungkin buat jadi yang terbaik di hadapan dia. Waw...rajin dandan, rajin absen, perhatian lewat "jangan telat makan", "ati-ati di jalan", "met bubuk", etc. Tapi coba pas akhirnya hubungan itu berlanjut ke pernikahan, ada yang kadang perhatian itu lenyap tanpa bekas! Mungkin karena ada perasaan "kan yang penting sudah berhasil dapet hatinya". I don't know for sure but at least, itu jadinya kalau berubah demi orang lain. Won't last forever.
Saya sadar sepenuh hati, saya masih jauuuuhhh dari sempurna (eh, tapi kesempurnaan hanya milik Allah SWT kan ya??). Tapi yahh...saya belajar, masih tetap dan terus belajar. Berubah demi diri sendiri, berubah untuk jadi pribadi dewasa dengan pola pikir dan perilaku yang dewasa juga. Sulit memang tapi itulah proses. Dan tidak ada hal yang lebih indah daripada menjalani sebuah proses.
Endingnya, saya benar-benar setulus hati bertanya, demi kepentingan diri (yang baca) juga kok...."would you change?"
"Ada surprise di mejaku, tks dear. Lebih surprise lagi ketika membaca motto oleh anonim, selamat, aku bangga Vanda bukan hanya sdh SH, lbh lagi sdh dpt menjiwai nilai2 dari Universitas Kehidupan. Bravo, teruslah berkarya, ini bukan akhir dari belajar, jadilah manusia pembelajar, justru jadikan ini awal untuk scr langsung belajar dan berkarya dr dan untuk kehidupan nyata. Sukses & GBU."
Jadilah manusia pembelajar memang sengaja ditekankan ya...karena sesungguhnya manusia "ditasbihkan" untuk tidak pernah sekalipun berhenti belajar. Tentang hal apapun. Serta dari manapun. Buat saya, lewat masalah demi masalah, Allah SWT mengajarkan saya untuk bertahan, survive, percaya dengan iman yang saya miliki serta percaya bahwa tidak akan mungkin bagi Allah SWT untuk meninggalkan saya terpuruk dari masalah yang tidak sanggup saya hadapi. Janji Allah SWT jelas-jelas nyata tuh...di Surat Al Insyirah ayat 5 - 6 "Maka sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan. Sesungguhnya disamping kesukaran ada kemudahan".
Lanjut, hal yang saya percayai lagi dengan masalah...itu akan membuat diri saya semakin dewasa, kuat, tangguh dan tegar (kayak lagunya Rossa :p ). Bahwa saya akan "naik kelas" di hadapan Allah SWT. Bahwa dengan masalah, Allah SWT berarti lagi sayang juga ingat ke saya. Menjadikan masalah sebagai "guru kehidupan" mungkin terdengar aneh tapi bagi saya, itu hal yang biasa.
Anyway, hal yang jauh lebih penting pasca mendapatkan masalah adalah bagaimana kita harus bersikap. BERUBAH menjadi pribadi yang lebih baik. Itu kayaknya sudah jadi sebab akibat yang harus dijalani. Karena harusnya, di setiap akhir dari permasalahan bisa ditarik kesimpulan bagaimana harus bersikap, berperilaku juga berpikir. Pola pendewasaan harusnya juga ikut diaktifkan tuh! Wajib hukumnya...
Nah, hal paling menarik adalah proses menuju perubahan. Apakah kita dengan ikhlas berubah demi kepentingan diri sendiri jadi nantinya menjadikan kita pribadi yang lebih baik? Atau hanya mau berubah demi terlihat baik di hadapan orang lain? Watch out ya...lebih baik dihindari, kalau berubah sekedar demi terlihat baik karena perubahannya tidak akan lama! Sifatnya sementara. Kesannya bukan jadi diri kita sendiri. Takutnya, kalau nanti pihak yang jadi alasan buat berubah tiba-tiba pergi dari kita, waaa...hasilnya kebanyakan bisa ditebak! Berubah lagi ke "jaman jahiliyah" lagi :|
Contohnya banyak juga sebenarnya. Pas pendekatan (pdkt) ke seseorang yang kita suka, sometimes berusaha semaksimal mungkin buat jadi yang terbaik di hadapan dia. Waw...rajin dandan, rajin absen, perhatian lewat "jangan telat makan", "ati-ati di jalan", "met bubuk", etc. Tapi coba pas akhirnya hubungan itu berlanjut ke pernikahan, ada yang kadang perhatian itu lenyap tanpa bekas! Mungkin karena ada perasaan "kan yang penting sudah berhasil dapet hatinya". I don't know for sure but at least, itu jadinya kalau berubah demi orang lain. Won't last forever.
Saya sadar sepenuh hati, saya masih jauuuuhhh dari sempurna (eh, tapi kesempurnaan hanya milik Allah SWT kan ya??). Tapi yahh...saya belajar, masih tetap dan terus belajar. Berubah demi diri sendiri, berubah untuk jadi pribadi dewasa dengan pola pikir dan perilaku yang dewasa juga. Sulit memang tapi itulah proses. Dan tidak ada hal yang lebih indah daripada menjalani sebuah proses.
Endingnya, saya benar-benar setulus hati bertanya, demi kepentingan diri (yang baca) juga kok...."would you change?"
Komentar
Posting Komentar