sunrise terindah
Dear,
Mengetuk hatimu di pertengahan bulan Januari itu awal dari semua cerita yang kita buat sampai detik ini.
Indah, manis, penuh gelak tawa juga pandangan penuh kasih.
Walau terkadang terselip duka, cemburu, perasaan egois.
Juga diwarnai dengan berdebat, tukar pikiran, share tentang pekerjaan walaupun dunia kita amat sangat jauh berbeda.
Dear,
Aku tidak menganggap memiliki hatimu sebagai suatu prestasi, sama sekali bukan.
Sekalipun aku tidak juga pernah menilaimu dari secara fisik.
Aku melihatmu dari hati.
Hatimu yang terus mendewasakan, mengingatkan ketika aku salah juga menguatkan ketika aku lemah.
Hatimu yang selalu memberikan asa dan semangat baru di pagi hari, tepat saat sunrise mulai menyapa dunia.
Hatimu yang turut menyertakan doa untukku di setiap waktu sebelum memulai aktifitas.
Hatimu yang memberiku tawa termanis dengan lesung pipit yang sempurna membiusku.
Hatimu yang benar-benar menghangatkanku setiap waktu.
Bukan rayuan atau sekedar dusta, hatimu indah....seindah sunrise di pagi hari, di sebuah pantai yang sunyi, tempatku bisa selalu mengingatmu bahkan merindukanmu.
Dear,
Sungguh aku bukan matahari, yang bisa selalu menghangatkanmu.
Menemani setiap langkahmu, memberimu semangat tanpa henti ketika kau mulai lelah menjalani segala kebimbangan dalam hidupmu.
Aku tidak seindah matahari, tidak seindah sunrise di pagi hari...dan aku ragu dengan kebimbangan tanpa arah.
Sayangnya aku hanya wanita biasa yang datang di waktu yang kurang tepat demi bisa memiliki hatimu seutuhnya.
Tapi sebenarnya, bukan hal itu yang sepenuhnya aku risaukan.
Kumohon, berilah aku sedikit lagi waktu....dan biarkan aku menikmati indahnya proses bertransformasi.
Dan setelah itu, ijinkan aku mendampingimu dan berbalas untuk memberimu sunrise terindah dalam hidupmu.
Sehingga denganku, kau mampu untuk menyongsong pagi dengan penuh semangat, cita dan.....CINTA
Mengetuk hatimu di pertengahan bulan Januari itu awal dari semua cerita yang kita buat sampai detik ini.
Indah, manis, penuh gelak tawa juga pandangan penuh kasih.
Walau terkadang terselip duka, cemburu, perasaan egois.
Juga diwarnai dengan berdebat, tukar pikiran, share tentang pekerjaan walaupun dunia kita amat sangat jauh berbeda.
Dear,
Aku tidak menganggap memiliki hatimu sebagai suatu prestasi, sama sekali bukan.
Sekalipun aku tidak juga pernah menilaimu dari secara fisik.
Aku melihatmu dari hati.
Hatimu yang terus mendewasakan, mengingatkan ketika aku salah juga menguatkan ketika aku lemah.
Hatimu yang selalu memberikan asa dan semangat baru di pagi hari, tepat saat sunrise mulai menyapa dunia.
Hatimu yang turut menyertakan doa untukku di setiap waktu sebelum memulai aktifitas.
Hatimu yang memberiku tawa termanis dengan lesung pipit yang sempurna membiusku.
Hatimu yang benar-benar menghangatkanku setiap waktu.
Bukan rayuan atau sekedar dusta, hatimu indah....seindah sunrise di pagi hari, di sebuah pantai yang sunyi, tempatku bisa selalu mengingatmu bahkan merindukanmu.
Dear,
Sungguh aku bukan matahari, yang bisa selalu menghangatkanmu.
Menemani setiap langkahmu, memberimu semangat tanpa henti ketika kau mulai lelah menjalani segala kebimbangan dalam hidupmu.
Aku tidak seindah matahari, tidak seindah sunrise di pagi hari...dan aku ragu dengan kebimbangan tanpa arah.
Sayangnya aku hanya wanita biasa yang datang di waktu yang kurang tepat demi bisa memiliki hatimu seutuhnya.
Tapi sebenarnya, bukan hal itu yang sepenuhnya aku risaukan.
Kumohon, berilah aku sedikit lagi waktu....dan biarkan aku menikmati indahnya proses bertransformasi.
Dan setelah itu, ijinkan aku mendampingimu dan berbalas untuk memberimu sunrise terindah dalam hidupmu.
Sehingga denganku, kau mampu untuk menyongsong pagi dengan penuh semangat, cita dan.....CINTA
puisinya..nyentuh banget
BalasHapusindah banget....
BalasHapus