cerita mini tentang Oma
Bicara soal Oma Marjam Soeprodjo...jujur cuma sedikit info yang saya punya tapi banyak kenangan yang ada, mulai dari saya masih bayi sampai saat ini, 23 tahun. Oma terhebat yang pernah saya temui.
Kebetulan, saya cucu kembar satu-satunya dan itu kebanggaan tersendiri. Ada 1 foto masa bayi, ketika saya digendong penuh kasih sehabis mandi. Bukan berarti saya ingin kembali ke masa itu tapi kasih sayangnya yang tanpa batas, membuat saya selalu rindu untuk bertemu walaupun hanya dalam waktu yang singkat.
Keadaan Oma yang saat ini lemah dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, membuat saya pilu. Pasca jatuh dari tempat tidur pertengahan puasa (15/08/2011) kesehatannya semakin menurun, daya ingatnya semakin hilang, pandangan mata semakin kabur dan kesadarannya mulai terganggu karena sesekali tidak ada respon ketika diajak bicara oleh keluarga. Salah satu faktor lain adalah karena usia Oma yang tahun ini (2011) mencapai 91 tahun. Saya akui, itu bukan usia yang muda lagi.
Sering, saya teringat ekspresi wajah Oma yang penuh sayang ketika saya berlibur ke rumahnya di Bondowoso. Bagaimana ungkapan perasaan senangnya ketika cucu kembarnya ada untuk menemani beliau beberapa hari. Bagaimana sikapnya sayangnya dengan selalu mengupaskan buah mangga hasil kebun sendiri, setiap kali saya akan makan malam. Bagaimana nada suaranya ketika memanggil nama saya dengan lembut. Semua detail yang mungkin sulit untuk hilang dari ingatan.
Yang juga sering saya ingat adalah ekspresi muka yang sangat damai setiap pagi, duduk di kursi meja makan dengan cardigan kesayangannya, pandangan mata ke arah kebun belakang rumah yang cukup luas. Sesekali ketika saya lewat di dekatnya, beliau akan memanggil dan memegang tangan saya....sekedar bertanya mau kemana atau melihat-lihat baju yang saya pakai waktu itu.
Pernah saya berharap, suatu hari nanti saya sempat membawa dan memperkenalkan calon suami saya, yang juga merupakan cucu menantunya. Tapi melihat kondisi Oma saat ini, rasanya tidak mungkin keinginan itu bisa tercapai. Selain faktor Oma yang penglihatannya mulai menurun, faktor lain adalah karena hingga saat ini belum ada calon cucu menantunya (hehehe...)
Apapun yang akan terjadi pada Oma, terjadilah.... Bukan saya menyerah dan putus asa tapi saya hanya berharap yang terbaik bagi Oma dan keluarga saya. Saya juga tidak tega untuk melihat penderitaan Oma seperti saat ini.
At last, thing that will never change....I love you, Oma
Kebetulan, saya cucu kembar satu-satunya dan itu kebanggaan tersendiri. Ada 1 foto masa bayi, ketika saya digendong penuh kasih sehabis mandi. Bukan berarti saya ingin kembali ke masa itu tapi kasih sayangnya yang tanpa batas, membuat saya selalu rindu untuk bertemu walaupun hanya dalam waktu yang singkat.
Keadaan Oma yang saat ini lemah dan hanya bisa terbaring di tempat tidur, membuat saya pilu. Pasca jatuh dari tempat tidur pertengahan puasa (15/08/2011) kesehatannya semakin menurun, daya ingatnya semakin hilang, pandangan mata semakin kabur dan kesadarannya mulai terganggu karena sesekali tidak ada respon ketika diajak bicara oleh keluarga. Salah satu faktor lain adalah karena usia Oma yang tahun ini (2011) mencapai 91 tahun. Saya akui, itu bukan usia yang muda lagi.
Sering, saya teringat ekspresi wajah Oma yang penuh sayang ketika saya berlibur ke rumahnya di Bondowoso. Bagaimana ungkapan perasaan senangnya ketika cucu kembarnya ada untuk menemani beliau beberapa hari. Bagaimana sikapnya sayangnya dengan selalu mengupaskan buah mangga hasil kebun sendiri, setiap kali saya akan makan malam. Bagaimana nada suaranya ketika memanggil nama saya dengan lembut. Semua detail yang mungkin sulit untuk hilang dari ingatan.
Yang juga sering saya ingat adalah ekspresi muka yang sangat damai setiap pagi, duduk di kursi meja makan dengan cardigan kesayangannya, pandangan mata ke arah kebun belakang rumah yang cukup luas. Sesekali ketika saya lewat di dekatnya, beliau akan memanggil dan memegang tangan saya....sekedar bertanya mau kemana atau melihat-lihat baju yang saya pakai waktu itu.
Pernah saya berharap, suatu hari nanti saya sempat membawa dan memperkenalkan calon suami saya, yang juga merupakan cucu menantunya. Tapi melihat kondisi Oma saat ini, rasanya tidak mungkin keinginan itu bisa tercapai. Selain faktor Oma yang penglihatannya mulai menurun, faktor lain adalah karena hingga saat ini belum ada calon cucu menantunya (hehehe...)
Apapun yang akan terjadi pada Oma, terjadilah.... Bukan saya menyerah dan putus asa tapi saya hanya berharap yang terbaik bagi Oma dan keluarga saya. Saya juga tidak tega untuk melihat penderitaan Oma seperti saat ini.
At last, thing that will never change....I love you, Oma
Komentar
Posting Komentar