Cerita Senja
Senja
selalu jadi waktu yang tepat, juga singkat bagi kami untuk bertemu. Tiga menit
saja. Tapi entah kenapa, pertemuan itu jadi cerita senja yang selalu aku nanti.
Dia
selalu duduk di dekat pagar rumahnya, dengan senyum mengembang, pun pandangan
berbinar. Kami saling terpikat lewat pertemuan singkat. Tapi sayangnya, segalanya
harus terhenti ketika orang tuanya memanggilnya untuk masuk ke rumah. “Sudah maghrib”,
begitu yang kudengar.
Selalu
berakhir sama.
Hari
ini, aku bertekad mendatanginya. Sekadar menyapanya, setelah berulang kali kami
hanya saling bertatapan. Setelah memarkir kendaraanku, alih-alih masuk ke
rumah, aku memilih melangkahkan kaki ke rumahnya.
Lewat
sela-sela pagar rumahnya, aku menyentuh lembut kepalanya.
“Halo,
Choco…”
Senyumnya
melebar. Ekornya mengibas. Caranya menjawab sapaanku.
04.11.2013
miauw :3
BalasHapusIdeku anjing, tapi kucing boleh juga :D
Hapus