22.17

Here I am waiting, I’ll have to leave soon
Why am I holding on?

Apa ada yang lebih indah dari duduk berdua denganmu, di balkon lantai atas beratapkan langit penuh bintang?

Kita saling memeluk, menolak sang angin untuk sedikitpun melintas di antara kita. Tidak, aku tidak ingin ada apapun atau siapapun berniat melakukan kudeta di malam terakhir kebersamaan kita. Aku ingin hanya ada kita, aku dan kamu. Usir saja jauh-jauh, mereka yang berdalih mau menemani kita.

We knew this day would come, we knew it all along
How did it come so fast?

Kau tahu? Aku membenci waktu yang berlari terlalu kencang tanpa mengenal secuil jeda untuk berhenti. Tidak bisakah dia berhenti, sekadar mengambil nafas, mungkin? Aku masih terlalu dini mengenalmu. Aku belum terlalu puas memeluk, mencumbu, pun menghirup aroma tubuhmu dalam-dalam, yang kenyataannya selalu membuatku jatuh pada rindu dengan teramat. Entah dengan cara apa, kamu selalu berhasil membuatku ingat untuk pulang, tak peduli seberapa jauhnya jarak yang aku tempuh, dan akhirnya jatuh kembali ke dekapan hangatmu lagi.

Aku sering menduga, kamu memang tercipta untuk menemaniku.

Tapi, apa kamu tahu bahwa tidak ada pertemuan yang abadi? Tuhan sudah menciptakan sebuah pertemuan jadi satu paket dengan perpisahan, sama sekali tidak bisa kita tolak. Kita pun begitu, terikat pada paket abadi ciptaan Tuhan. Pernah bertemu dan pasti akan berpisah.

Tapi, haruskah secepat ini kita berpisah?

Lalu, adakah yang nanti bisa menggantikan posisimu, juga semua kenangan manismu?

This is our last night but it's late
And I'm trying not to sleep
Cause I know, when I wake, I will have to slip away

Besok pagi, aku harus pergi dan meninggalkanmu sendiri. Bukan, aku sama sekali tidak punya niat mengkhianatimu. Tidak pernah sedikitpun terbersit cara pikir semacam itu. Aku mohon, percayalah.

Besok pagi, aku akan memulai sebuah cerita di lembaran baru, dengan sosok lain. Kelemahanku adalah aku sama sekali tidak punya daya upaya untuk menolaknya. Orang tuaku sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan rapi. Tapi percayalah, aku tetap menyayangimu sampai detik terakhir nafas aku hela. Kita memang berbeda, tapi aku yakin kita tetap menyimpan sebuah bentuk rasa sayang yang sama, yang tidak akan bisa diubah oleh siapapun. 

Besok pagi, alur cerita hidupmu pun akan berubah sama sekali. Tak perlu juru ramal paling sakti untuk melihat akhir cerita yang sudah kita jalani selama ini. Hati kita sudah saling bicara. Perpisahan itu telak adanya, sudah bisa ditebak sejak jauh-jauh hari. Iya aku tahu, pertemuan itu sudah satu paket dengan perpisahan.

Apa lagi yang bisa aku lakukan untuk menahanmu? Rasanya tidak ada satupun cara.


And when the daylight comes I‘ll have to go
But tonight I’m gonna hold you close
Cause in the daylight we’ll be on our own
But tonight I need to hold you so close


Malam makin larut. Kulirik sekilas jam tanganku, pukul 22.17.  Ah, biar saja waktu terus melaju. Malam ini aku ingin terus menyentuh dan memelukmu sepenuh hati, sampai tengah malam sekalipun. Peluklah aku erat-erat, rasakan aku sampai hatimu penuh.


Aku mencintaimu. Sampai kapanpun.

Guling masa kecilku.


***
Maroon 5 – Daylight
04.04.2013

Komentar

  1. ini tulisan yang bagus, tapi rasanya saya lebih jatuh cinta pada flash-fiction2 Vanda yang selalu khas dan segar... :))
    Terus semangat menulis, ya! :D

    BalasHapus
  2. wohooo, selalu khas dan segar! aku tersanjung, Bint.. :D

    makasih udah mampir :)

    BalasHapus
  3. guling masa kecilku juga masih adaaa.. hehehe..

    BalasHapus
  4. *tiba-tiba jealous sama guling* #eh
    tulisannya bagus, Panda. Daleeemmmmm! *seruput teh segalon*

    BalasHapus
  5. @ika: guling masa kecilku juga ada lhooo, hehehe

    @sindy: i'm flattered ;) belajar bareng-bareng yuk! btw, bagi tehnya dong :p

    @irul: ketipu, yes? maap :p

    BalasHapus
  6. Sebenarnya tulisan yang ini bagus, tapi meski menghadirkan ending yang mengejutkan, rasanya tidak pas.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer