Puisi untuk Lelakiku
Lelakiku,
Sebelumnya
maafkan aku yang sudah terlalu lancang
Karena
telah memujamu dengan terlalu
Sebenarnya,
rasa ini sudah mati-matian aku tahan
Sekian
lama agar tak sampai ke telingamu
Begitu
pula ke hatimu
Tapi
kenyataannya, bentengku jebol, luluh lebur
Digempur
tembakan-tembakan meriammu
Yang
belum juga berkesudahan
Lelakiku,
Bagaimana
aku tidak luluh, melihat parasmu
Yang
berkilauan setelah disentuh air wudhu?
Bagaimana
aku tidak makin lebur,
Ketika
mendengar suaramu yang melantunkan lirih
Segala
doa dan sembahmu pada Sang Pencipta,
Dari
berdiriku yang hanya berjarak satu shaf di belakangmu?
Lalu,
bagaimana aku tidak menjadi repihan
Ketika
kamu melantunkan segala puja-puji serta salam
Kepada
Nabi junjungan kita, dengan lirih di telingaku
Dengan
jemarimu yang lembut membelai rambutku?
Duh…
Bagaimanalah
aku ini?
Ketika
kamu bercerita tentang mimpi-mimpi yang kamu rangkai satu demi satu,
Hingga
nyaris tak berkesudahan
Tahukah
kamu, kalau dalam hati
Aku
meng-aamiin-kan segalanya satu demi satu?
Lalu
akhirnya, memastikan kalau mimpimu sudah jatuh pada tanda titik
Lalu,
ketika kamu gelisah tak berujung perihal kabar sakitnya orang-orang terdekatmu,
Sekali
lagi, tahukah kamu kalau aku ini
Adalah
orang yang berharap bisa segera memelukmu erat
Hingga
akhirnya binasalah segala gelisahmu itu?
Purnama
merah, yang kamu bilang adalah hal yang kamu kagumi,
Sudah
aku jadikan saksi untuk menerimamu
Dengan
segala kenangan serta manusia-manusia dari masa lalumu di dalamnya
Perihal
nista tidaknya, kubiarkan Tuhan saja, yang memberikan keputusannya
Lelakiku,
Semalam,
malaikat memberi kabar kalau Tuhan memberiku dua buah pesan
Yang
pertama,
Tetap
menerimamu, tanpa berhak mencela cerita lalu
Yang
sudah membentukmu sedemikian rupa
Lalu
yang kedua,
Dia,
menyuruhku untuk terus belajar apa pun tentangmu
Untuk
hal yang jatuh pada nomor dua itu,
Aku
turut mengartikannya untuk terus belajar mencintaimu
Maka, itulah yang aku lakukan sekarang
Terus
dan terus belajar mencintaimu
Dan, oh,
tentu saja
Dengan
tetap kalem dan tersenyum
Seperti
pesanmu padaku
_____
*
ditulis, 26 April 2014
*
dibacakan kepada sang lelaki, 6 Mei 2014
*
ditulis di blog, 7 Mei 2014
Uwooooh~ meleleh, deh, si abang itu~
BalasHapushehehehe, dia (katanya) gemetaran~
BalasHapus