The Best I Ever Had
“I’m happy with you. I
can’t live without you…”
“So
please stay, marry me…and we’ll happy together”
“I can’t. It’s not
that easy…”
Ah, betapa percakapan tentang ini melulu sering kita bicarakan
di beberapa waktu belakangan ini. Di setiap pertemuan singkat yang kita punya,
dimanapun itu. Tidak kah kamu merasa jenuh, sayang? Seakan-akan dunia kita
terikat dalam obrolan yang itu-itu saja. Obrolan yang selalu berakhir dengan
jawaban abu-abu, selalu tanpa jawaban pasti.
Aku tahu, memilikimu itu sungguh layaknya pungguk merindukan
bulan. Hal yang tak mungkin. Impossible.
Sekian panjang daftar kesamaan yang kita punya, sama sekali kurang daya untuk
meruntuhkan perbedaan paling asasi yang kita punya, keyakinan akan Tuhan.
Ditambah lagi, di sisimu yang lain, sudah ada wanitamu, yang telah lama
menunggu untuk bisa saling beribadah bersama, menanti bimbinganmu merapal
mantra, demi memohon berkah pada Tuhan yang kau yakini. Wanita yang nantinya
meneruskan genetik juga melahirkan generasi-generasi baru yang menjadi penerus
trah keluargamu.
Andai saja, masalah keyakinan tidak serumit yang kita
bincangkan, maukah kamu jadi satu-satunya lelaki di hidupku? Aku mungkin tidak
punya cukup materi untuk membahagiakanmu, bahkan mungkin aku tidak punya
apa-apa untuk aku berikan padamu. Aku hanya punya hati yang berisi cinta juga
kasih sayang penuh untukmu. Di setiap suka atau dukamu. Di setiap sedih atau
senangmu. Aku tidak mampu memberimu lebih daripada itu…
“I have to go, dear…hope
you happy with your marriage”
“You don’t love me no more, do
you?”
Ah…sayangku ini masih cukup besar buatmu, masih cukup indah. Dan andai kamu bisa tahu, seberapa beratnya untuk
melepasmu. Seberapa sulitnya untuk tidak lagi menoleh ke belakang demi meniti kenangan
demi kenangan yang pernah kita bangun berdua.
Pergiku ini bukan inginku, tapi harusku…
but it’s not so bad….
you’re only THE BEST I EVER HAD
-Vertical Horizon – Best I Ever Had-
Komentar
Posting Komentar